Gebangsari (25/07/2022) - Stunting merupakan salah satu dari beberapa masalah kesehatan yang umum terjadi di Indonesia. Penyebab terjadinya stunting ialah kurangnya asupan gizi yang mengakibatkan pertumbuhan tinggi badan anak terhambat.Â
Stunting terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan akan mulai terlihat ketika memasuki usia dua tahun. Di Indonesia sendiri, memiliki tubuh pendek sering kali dianggap faktor genetika dan tidak berkaitan dengan masalah kesehatan.
Penanganan stunting perlu dilakukan bersama secara menyeluruh, antar pemerintah dengan masyarakat. Jawa Tengah memiliki target untuk menekan angka stunting menjadi 14 persen pada 2023.Â
Mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro mengambil peran dalam mewujudkan target tersebut dengan langkah kecil berupa Gerakan 14 Anti Stunting yang dilakukan di Kelurahan Gebangsari, Kecamatan Genuk.Â
Kegiatan ini dimulai dengan memberikan edukasi terkait stunting kepada ibu-ibu rumah tangga di wilayah RW 01, RW 02, dan RW 03 Kelurahan Gebangsari.Â
Mahasiswa memberikan pemahaman mengenai stunting berupa dari pengertian, penyebab, dampaknya, dan informasi mengenai makanan yang membantu tumbuh kembang anak.
Kementerian Kesehatan RI dalam buku "Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2015" menggunakan grafik tumbuh kembang anak yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro menjelaskan kepada ibu-ibu rumah tangga mengenai cara membaca grafik panjang badan anak sebagai langkah memantau pertumbuhan tinggi badan anak.
Gerakan 14 Hari Anti Stunting dijalankan dengan melakukan pendataan dan pemantauan terhadap asupan gizi anak selama 14 hari. Kegiatan ini menargetkan anak berusia 1 sampai 5 tahun.Â
Mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro memberikan booklet kecil sebagai rangkuman informasi terkait stunting dan di halaman terakhir terdapat tabel untuk pendataan daftar makanan yang dikonsumsi selama 14 hari.Â