Banjir melanda 32 nagari pada 15 kecamatan di Kabupaten Padang Pariaman menyusul hujan lebat yang mengguyur daerah itu sejak Kamis sore. Curah hujan yang tinggi juga menyebabkan longsor. Budi Mulya mengatakan, kecamatan Ulakan Tapakis menjadi daerah yang paling parah terdampak banjir. Banjir merendam ratusan rumah warga dengan ketinggian lebih dari 1,5 meter, bahkan mencapai plafon rumah.
"Warga yang terdampak telah telah dievakuasi ke tempat aman. Seperti sekolah, masjid, dan aula pemuda," ungkap Budi.
Walaupun sudah dievakuasi bencana banjir yang melanda Kabupaten Padang Pariaman meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat, terutama bagi perempuan, balita, bayi, dan lansia. Tak hanya kehilangan tempat tinggal dan harta benda, mereka juga merasakan dampak kesehatan yang buruk.
Wanita, yang berperan penting dalam menjaga kesehatan keluarga, kini harus berjuang di tengah keterbatasan. Akses ke layanan kesehatan terhambat, membuat mereka kesulitan mendapatkan pengobatan dan perawatan yang dibutuhkan.
Balita dan bayi, yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, menjadi kelompok yang paling rentan. Kurangnya asupan gizi dan sanitasi yang buruk meningkatkan risiko mereka terkena penyakit.
Lansia, yang memiliki kondisi kesehatan yang lebih kompleks, juga tak luput dari dampak banjir. Akses ke obat-obatan dan layanan kesehatan yang terbatas memperburuk kondisi mereka.
Di tengah situasi yang memprihatinkan ini, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Sumatera Barat hadir melalui program VICRA (Voice for Inclusiveness Climate Resilience Action) bekerjasama dengan program Humanitarian PKBI untuk membantu meringankan beban masyarakat.