Mohon tunggu...
Darwis Kadir
Darwis Kadir Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya ingin bercerita tentang sebuah kisah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Ini Mitos tentang Kemiripan Wajah Suami Istri?

18 Maret 2018   10:15 Diperbarui: 18 Maret 2018   10:22 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                    

Sebuah pendapat yang saya dengar mengatakan bahwa kelak pasangan suami istri akan menjadi mirip. Mirip yang dimaksud adalah pada muka atau wajah?

Saya kemudian membantahnya dalam hati dengan sebuah kata tanya,apa penyebabnya dan apa korelasinya ?. Wajah setiap manusia berbeda dan yang mempunyai kemiripan hanya mereka yang bersaudara dan yang mempunyai pertalian darah walau sudah termasuk keluarga jauh. Sepertinya tidak ada unsur ilmiah pada pernyataan yang menganut pendapat seperti ini.

Seiring perkembangan waktu,saya kemudian mendapati beberapa pasangan suami istri yang mirip sekilas. Termasuk beberapa kenalan kami yang mengatakan bahwa saya dan istri memiliki kemiripan.

Argumen saya sedikit mulai terbantahkan. Saya kemudian intens mengamati setiap pasangan suami istri yang telah membina rumah tangga. Termasuk pada pasangan yang sudah sepuh. Dari eksprimen itu ternyata dari beberapa pasangan yang diamati memang ada kemiripan tertentu. Ketika dia tersenyum atau tertawa. Atau pada saat dilihat seksama secara bergantian pada suaminya dan istrinya.

Kenapa bisa ? Coba kita lihat dari aspek pertama.

1. Faktor sering bersama.

Namanya pasangan suami istri,mereka akan selalu bersama dalam setiap momentnya. Dari makan bersama,tidur bersama,diskusi bersama,jalan bersama,serta aktivitas harian yang mana mereka saling membutuhkan. Interaksi yang terjalin memberikan rasa kedekatan emosional.

2. Secara psikologis

Robert Zajonc seorang psikolog sosial memberikan jawaban tentang fenomena kemiripan wajah yang terdapat pada suami istri. Dalam konsep social facilitation tahun 1965. Pada konsep ini dijelaskan tentang emosi dan reaksi yang terjadi dalam setiap moment. Bagaimana rasa senang,gembira yang kemudian bisa diekspresikan dengan tertawa.

Begitu  juga dengan rasa sedih dengan roman muka yang sendu. Rasa empati dari pasangan bisa ditunjukkan ketika menghadapi masalah. Contoh kecil ketika suami atau istri dirundung kesedihan maka pasangan akan ikut dengan suasana itu sebagai bentuk empati.

Dalam tertawa bersama pun guratan pada wajah akan terbentuk pada garis yang sama. Kemudian menjadi salah satu penyebab dari kemiripan ini. Pendapat ini lebih cenderung pada kondisi emosional yang sama.

Kemiripan banyak terlihat pada pasangan yang telah membina rumah tangga cukup lama. Sebuah penelitian lain menunjukkan hasil bahwa semakin mirip muka pasangan suami istri maka semakin bahagialah hidup mereka.

Terkait dengan kemiripan ini,beberapa orang masih menganggap itu sebuah kebetulan belaka. Ada juga yang menganggap sebagai mitos yang tak perlu dipercayai. Sah-sah saja. Namun terkadang kita tak menafikkan pendapat yang mengatakan muka-muka jodoh pada anak muda jaman sekarang. Artinya ketika dilihat ada kemiripan antara mereka sebelum melanjutkan pada proses pernikahan.

Jika muka-muka jodoh sudah terlihat sejak di awal,maka bagaimana setelah mereka menjalani kehidupan bersama puluhan tahun ? Tentang ini fakta atau mitos kembalinya pada anda.

Tentu tanpa mengesampingkan fakta yang terlihat. Secara pribadi sering menjumpai hal ini,dengan kata lain asumsi saya mengatakan bahwa ini tak ada korelasinya itu, tak berdasar. Pada kenyataannya akan terkuak sendiri kira-kira apa penyebab lain selain yang dituliskan di atas.

Untuk lebih menguatkan pendapat ini,anda bisa mulai memperhatikan setiap pasangan yang telah lama menikah. Termasuk dengan pasangan anda. Kemudian buat kesimpulan sendiri berdasarkan hasil pengamatan anda,mitos ataukah fakta ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun