Mohon tunggu...
Darwis Kadir
Darwis Kadir Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya ingin bercerita tentang sebuah kisah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biarkan Aku Berkisah Tentang Tanah Haram

4 Maret 2018   17:11 Diperbarui: 4 Maret 2018   17:59 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persoalan belanja di Makkah akan berbeda di Madinah. Di Makkah tak ditemukan lagi gerobak. Mereka lebih rapi dengan jejeran toko kiri kanan jalan.

Walaupun masih ada menjual ditengah jalan namun akan cepat di usir oleh askar jika kedapatan.Masalah harga untuk toko-toko di seputaran masjidil haram menurutku mahal ketimbang di Madinah. Biasa mereka menjual harga tiga kali lipat. Harus bisa menawar seperdua harga namun jurus pedagang disana biasa katakan kita bakhil alias kikir.Untung-untung kalau tak menyuruh pergi. Para pedagang disana juga tidak semuanya arab. Ada yang Bangladesh,India dan Pakistan malahan ada dari Indonesia. Pernah saya temukan di Jabal Uhud.

Kebetulan hotel saya tempati searah dengan hotel Makkah Royal clock tower. Sebuah land mark kota makkah. Bangunan tertinggi kedua di dunia setelah yang di Dubai.Hotel yang memiliki jam disetiap sisinya dan bulan sabit pada puncaknya.Jadi agak memudahkan saya ketika keluar masjid hanya mencari dan mendongak melihat tower clock ini.Disamping ada pusat perbelanjaan sekaligus para tukang cukur. Barber shop yang selalu menawarkan kita untuk cukur setelah umrah. Mereka menawarkan dengan kata botak. Maksudnya cukur gundul.Tarifnya pun 10 real. Hitungan uang indonesia jika kurs 1 real 3700 rupiah maka sama dengan 37 ribu bulatkan saja 40 ribu. Lumayan bukan ? Saya pun memilih salah satu barber shop dan menggunduli kepala ini. Berharap ada rahmat dan semua dosa-dosa terkikis habis.Seperti Sabda Rasulullah saw.,

"Ya Allah rahmatilah orang-orang yang menggundul rambutnya." Lalu orang-orang berkata, "Dan orang-orang yang memendekkan rambutnya wahai Rasulullah." Namun Rasulullah saw. bersabda lagi, "Ya Allah rahmatilah orang-orang yang menggundul rambutnya." Orang-orang pun berkata lagi, "Dan orang-orang yang memendekkan rambutnya wahai Rasulullah." Lalu Rasulullah saw. bersabda, "Dan orang-orang yang memendekkan rambutnya." (HR. Bukhari

Jadilah kepala saya botak sampai ditanah air. 5 menjelang 6 hari di Makkah tak terasa. Aktivitas memantau keadaan tanah air pun tetap terlaksana. Mengikuti perkembangan saat terjadinya gerhana matahari dan doa untuk keselamatan rakyat Indonesia. Berharap mereka bisa memaknai setiap fenomena alam. Selalu ada rahasia dari sang pencipta. Walau hanya mengandalkan wifi hotel cukuplah untuk berdaring terhubung  video call dengan keluarga lewat aplikasi Line.

Selama di Makkah kami pun menyempatkan berkunjung ke padang arafah dan jabal rahmah. Konon katanya di Jabal Rahmah ini tempat pertemuan nabi Adam dengan Hawa setelah sekian lama terpisahkan. Disini ada tonggak atau tugu. Di tempat ini ramai penjual. Ada juga tukang fhoto yang langsung jadi. Tapi hati-hati biasanya harganya mahal. Mereka biasa sedikit memaksa. Katakan saja la.la...la..dalam bahasa arab tidak.

Pengunjung juga ada yang shalat walaupun sudah ada pengumuman untuk tidak shalat di sekitarnya.Terkadang beberapa orang melakukan ritual yang tak semestinya dilakukan. Kami lanjut menuju museum tempat penyimpanan barang terkait ka'bah. Mulai dari mimbar, pintu ka'bah,besi pengaman sumur zam-zam, menara masjid haram serta penutup maqam Ibrahim.

Ada juga tempat batu hajar Aswad. Semuanya lengkap mulai foto ka'bah jaman dulu. Menyempatkan singgah di peternakan onta mencicipi susu onta dan melanjutkan perjalanan. Menyaksikan parkiran mobil bus yang hanya dikeluarkan ketika musim haji. Areanya sangat luas terpisah dengan parkiran bus yang sudah rongsok alias sudah tak terpakai.

Oleh-oleh terasa cukup karna budget yang memang terbatas. Packing barang dan tas telah siap.Malam kamis menjelang dinihari kami pun tawaf wada yaitu tawaf perpisahan menunggu sampai subuh. Shalat subuh terakhir di masjidil haram berlangsung khusyuk walau setan berusaha menggoda dengan tiupan rasa kantuknya. Maklum ruangan tetap ber Ac. Menatap ka'bah dan berdoa selepas sholat berharap bisa datang kedua kalinya bersama anak istriku tercinta kelak.Amin.

Semua barang telah siap dan bus telah menunggu. Pagi itu kami meninggalkan kota Ma'kah menuju Jeddah. Sembari menunggu pemberangkatan sore kami akan keliling melihat kuburan nenek moyang kita siti Hawa dan tempat pelaksanaan hukuman qisas.

Terus ke masjid terapung di laut merah. Masjid terapung yang hampir sama di pantai Losari Makassar. Mungkin ide pembangunan masjid terapung di Makassar berasal dari masjid di laut merah Jeddah ini.Mengambil gambar sesuatu yang wajib. Jepret sana jepret sini.Puas mengabadikan moment selanjutnya menuju pusat perbelanjaan. Sebuah toko yang berbau indonesia. Toko murah Ali. Ya harga sedikit murah ketimbang harga parfum dan pakaian misalnya di bandingkan kota Ma'kah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun