Sebuah bus menanti bersama agen travel untuk mengantar kami ke kota Madinah terlebih dahulu. Ziarah ke makam nabiullah Muhammad SAW di area masjid Nabawi dan sahabat rasul lainnya. Ke pekuburan Baqi tempat dikuburkan anak Rasulullah Fatimah dan Usman bin Affan,ummul mukminim Aisyah ra dan sahabat lainnya. Ke Jabal Uhud tempat sahidnya Hamzah paman Rasullullah dan para muslim yang syahid di perang Uhud.
Hotel bintang 3 kami tempati,Durratul Alandalus jaraknya dekat dengan masjid Nabawi sekitar 100 meteran. Hotel dengan lantai 15.Kami pun ditempatkan di lantai 13 dengan satu kamar ada yang 2 atau 3 orang.Kebetulan saya bertiga. Bapak dengan pihak travel yang menjadi pembimbing kami sekaligus guide yang memandu selama di Madinah dan Makkah.Hotel bersih dengan fasilitas layaknya hotel lain. Lift yang menghubungkan antara ruang makan dan lantai dasar.Biasanya ini agak masalah karena orang tua yang tak paham lift agak takut menggunakan lift. Jadinya mereka biasa saling tunggu untuk ke masjid atau sekedar pergi belanja.
Hotel-hotel di Madinah al munawarah saling berdempetan. Hotel-hotel itu menjulang tinggi mengelilingi masjid Nabawi.Setiap jalanan antara hotel dan masjid Nabawi di penuhi para pedagang arab menggelar dagangannya.Paling ramai ketika selepas shalat berjamaah.
Para pedagang arab ini berlomba menarik pembeli dengan memakai bahasa indonesia. Hali-hali dan hulah-hulah sudah lazim di sana. Maksudnya mari-mari dan murah-murah walaupun pada dasarnya menurut kita tidak murah.Mereka menggelar dagangan di jalan dan ada pula yang menggunakan gerobak. Salah tempat dalam menjual sesuai yang di izinkan oleh askar di sana siap-siap untuk dibongkar. Askar di sana adalah sebutan polisi untuk Indonesia.
Disana berlaku pun tawar menawar. Kalau penjual yang di jalanan dan gerobak harga biasa langsung pas. Atau pun hanya terpaut kecil dari harga semula. Kenapa demikian karena mereka secepatnya ingin mendapatkan pembeli dan yang ke dua mereka tidak permanen berada di situ. Ketika jemaah mulai berkurang mereka akan mengemas kembali dagangannya dan kembali sampai waktu shalat tiba. Moment keluarnya jamaah saja dari masjid yang ditunggu.Jadi mereka tetapkan harga minimal dan jarang harga turun berbeda ketika belanja di emperan toko-toko atau di bawah hotel.Harga terpaut jauh jadi diperlukan kejelian menawar.
Urusan belanja tidak terlalu masalah disana. Tempat penukaran uang cukup banyak. Ikuti saja tanda panah keterangan kalau di tempat itu ada tempat pertukaran uang.Ini di areal masjid Nabawi.Orang Arab disana juga menerima pembayaran dengan uang indonesia tapi terbatas pada lembaran 100 ribuan dan 50 ribuan. Pecahan dari itu tak diterima. Mungkin mereka pusing dengan nilainya.Komunikasi pun sudah agak lancar karena mereka sudah mengerti sedikit bahasa indonesia. Lebih sedikit kesulitan berkomunikasi dengan orang India,Pakistan atau Turki kalau mereka juga tak mengerti sedikit english.
Soal watak penjual disana juga bermacam-macam. Mereka terkadang marah-marah kalau menawar terlalu murah. Biasanya juga menyuruh pergi dengan sebutan bakhil. Saya pernah ada kejadian sepulang sholat dari masjid Nabawi. Salah satu gerobak disana menjual alat elektronika sejenis setrika kecil yang bisa dibawa-bawa.
Seorang  mirip orang Turki kemudian mengajukan penawaran sembari memegang setrika itu. Kontan saya kemudian kaget ketika penjual itu berkata-kata keras namun maksudnya tak menerima harga yang di ajukan dan merampas setrika kecil itu dari tangan calon pembeli. Menurutku ini tidak beretika sekali. Kalau di Indonesia seperti ini tunggulah barang daganganmu basi.He'he'he.Tidak semua juga penjual disana berkelakuan begitu.
Soal perbandingan harga dengan tanah airku menurutku barang di indonesia lebih murah. Cuma sudah menjadi image bahwa barang yang di beli dari Makkah atau Madinah mempunyai berkah.Padahal barang yang masuk ke Arab Saudi juga kebanyakan dari luar seperti China dan Turki.
Mungkin juga dari Indonesia.Saya pernah berpikir untuk mengakali hal seperti ini untuk oleh-oleh keluarga. Bagaimana kalau kita beli baju,celana dan sajadah atau aneka pernak-pernik oleh-oleh lainnya kita beli di pasar tanah abang Jakarta atau di pasar Butung Makassar untuk dibawa ke tanah haram untuk mendapatkan keberkahan. Kemudian bawa kembali sebagai oleh-oleh. Setiap barang yang dibawa masuk ke Makkah dan Madinah akan memiliki keberkahan.Jadi tidak terlalu terjadi pembengkakan anggaran. Tapi memangnya kita naik haji atau umrah untuk belanja ria ?. Pastinya  tentu untuk ibadah.
Di setiap pelataran masjid payung-payung ini saling berangkaian. Pelataran masjid pun menjadi tempat sholat bagi mereka yang malas masuk ke dalam. Untuk dalam masjid pun setiap area dan sudut masjid tersedia air zamzam siap minum. Air ini dikemas dalam galon pencet tertentu dan gelas plastik sekali pakai.Setiap tempat petugas kebersihan selalu stand by baik dalam masjid maupun pelataran. Setiap hari karpet-karpet di vakuum cleaner dan diberi wewangian. Lantai pelataran pun setiap saat disiram pembersih lantai menggunakan mobil pembersih khusus. Bisa beberapa kali dalam sehari.