Mohon tunggu...
Kosmas Lawa Bagho
Kosmas Lawa Bagho Mohon Tunggu... Auditor - Wiraswasta

Hidup untuk berbagi dan rela untuk tidak diperhitungkan, menulis apa yang dialami, dilihat sesuai fakta dan data secara jujur berdasarkan kata hati nurani.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sukarela Vaksin Covid-19, Gratis Menikmati Kesehatan

16 Februari 2021   12:01 Diperbarui: 16 Februari 2021   12:17 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com

Kau lahir tanpa ada yang membuahi

kau muncul awal di Wuhan akhir 2019

tak ada yang peduli bahkan banyak yang membuli ...


Kau bekerja diam mengganas

terus menggerogoti tubuh dan jiwa

umat manusia tanpa pandang sekat

dari Wuhan negeri Cina menuju umat sejagad.

Inilah sepenggalan puisi penulis yang melukiskan tentang ganasnya Covid-19 yang pada awal munculnya disinyalir dari Wuhan Negeri Cina tidak ada peduli bahkan tidak sedikit yang membuli.  

Tidak satu orang pun menyangka bahwa virus kecil berasal dari Wuhan Negeri Cina bisa menghantam nyawa seluruh umat manusia tanpa kecuali. 

Muncul awal di Wuhan akhir 2019, tidak banyak orang peduli. Hanya masyarakat dan pemerintah Cina seolah berjuang sendirian. Ironis lagi dalam media sosial, sebagian netizen menertawakan bahkan secara sarkasme mengejek warga Cina yang terkena dampak langsung covid-19. Negeri Cina berjuang ekstra keras dengan menaati protokol kesehatan ala covid-19. Cina bisa bangkit dan mengalahkan covid-19.

Awal tahun 2020, di tengah euforia warga dunia merayakan Pesta Natal 25 Desember 2019 serta Bahagia Tahun Baru 01 Januari 2020, dunia seakan tersentak dengan virus kecil yang awalnya tidak dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya, kini menjadi virus yang sangat mengancam sendi-sendi kehidupan manusia bahkan nyawa melayang begitu banyak jumlahnya. Bukan hanya ribuan, puluhan ribuan bahkan ratuan ribu warga yang meninggal dan hampir mendekati jutaan warga dunia yang terinfeksi covid-19.

Penulis yakin apabila kita membaca surat kabar, menonton dan membuka internet hari ini, kita akan semakin stress dan depresi. Wabah covid-19 membuat manusia dengan kemampuan akal budinya yang luar biasa, bisa menciptakan segala kemajuan untuk menaklukkan alam semesta dengan bantuan ilmu dan teknologi yang super canggih sepertinya tak berdaya apa-apa dihadapannya. 

Semua manusia yang berakal budi itu tanpa kecuali tunduk padanya. Negara-negara adidaya pun seakan lemah lunglai dan mulai merasa putus asa menghadapinya. 

Setiap orang dipaksa untuk tinggal di dalam rumah dalam rentang waktu yang tidak menentu. Tetap jaga jarak walau itu ayah ibu kandung, keluarga dalam rumah apalagi di luar rumah. Tidak bisa lagi kemana-mana secara bebas. Semua yang bebas bergerak seolah terhenti. Kepanikan dan kecemasan umat manusia mencapai titik nadir. Situasi saat ini bagaikan "neraka dunia".

Pemerintah di seluruh dunia berjibaku sangat keras agar menyelamatkan masyarakatnya dengan berbagi cara termasuk yang paling akhir adalah vaksin covid-19.

Negeri kita juga berjibaku meminimalisir serta mengatasi penyebaran pandemi covid-19 dengan melakukan vaksin agar semua masyarakat merasa imun terhadap pandemi yang berbahaya dimaksud.

Ada sebagian besar masyarakat telah secara sukarela menerma vaksin. Tidak tertutup kemungkinan sebagian kecil yang menolak. Yang menolak bisa rakyat biasa yang belum mengetahui secara mendalam dampak vaksin covid-19. 

Sebagian ada yang sudah memahami, tidak jarang tokoh politik atau publik figur yang bisa saja berdampak pada sebagian masyarakat takut atau tidak lagi rela untuk melakukan vaksin dimaksud walau Presiden Joko Widodo sudah menunjukkan jalannya.

Pro kontra di tengah masyarakat itu biasa apalagi di tengah dunia digital yang semakin mudah diakses saat ini. Kita pun berharap bahwa kemajuan teknologi (IT) memberikan wawasan dan kesadaran bagi masyarakat pengguna lebih mengarah pada hal-hal yang positif ketimbang hal-hal yang kurang menguntungkan.

Ada sebagian masyarakat yang menolak untuk divaksin, hemat penulis tidak perlu ada sanksi yang membuat masyarakat semakin takut melainkan melalui pendekatan 'hati ke hati" kepada masyarakat secara konsisten agar masyarakat mau dan secara sukarela untuk menerima dan melakukan vaksin covid-19 demi kesehatan dirinya, keluarganya dan sesama anak bangsa bukan hanya hari ini melainkan untuk jangka waktu tidak terbatas ke depannya.

Melalui vaksin secara sukarela diharapkan kita bisa menikmati kesehatan secara gratis secara berkelanjutan.

Dengan demikian, kita semua digugahkan untuk menyadari secara sukarela betapa hebatnya ancaman covid bagi sendi-sendi kehidupan dunia. Nyawa menjadi taruhan. Sendi-sendi kehidupan manusia lainnya juga ikut terancam. Apabila pandemi ini segera diatasi walau harus dengan vaksin maka ancaman tragedi kemanusiaan akan terus berlanjut. 

Oleh karena itu, mari kita terus mengajak diri sendiri, keluarga, sahabat dan kenalan untuk bahu membahu mendukung upaya pemerintah mengatasi pandemi covid-19 melalui vaksin.

Kita juga mengharapkan agar para medis atau para pejuang kemanusiaan yang berhubungan langsung dengan vaksin tetap dengan tingkat kejujuran tinggi bekerja secara profesional. Jujur dan profesional dalam melaksanakan tugas akan meningkatkan kepercayaan masyarakat yang juga melahirkan kesukarelaan dalam melakukan vaksin covid-19.

Kita melakukan vaksin secara sukarela, akan menikmati kesehatan gratis secara berkelanjutan.

Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun