Rasanya hampir tak percaya. Sembilan puluh menit bermain begitu luar  biasa dan menciptkan begitu banyak peluang. Hampir-hampir peluang itu  sangat laur biasa dan tinggal menceploskan si kulit bundar ke dalam  gawang. Terlepas penampian yang di luar biasa kiper Timnas Thailand  namun sepertinya ada tembok besar yang sulit ditembus.
Permaian  apik menyerang Timnas U-18 Indonesia sudah tepat. Sentuhan satu dua atau  pun lob bola sudah membuat para pemaian Thailand kelang kabut. Raksasa  Asia Tenggara itu sepertinya tak berdaya menghadapi penampilan luar  biasa Timnas Indonesia. Sejak pluit panjang ditiupkan, Timnas kita hanya  menunggu waktu untuk mencetak gol.
Namun apa daya, Timnas kita  belum beruntung. Permainan anak-anak U-18 kali sungguh luar biasa. Kita  berharap mental permainan yang seperti kemarin sore perlu dikembangkan  dan ditingkatkan terus-menerus. Kita memang kalah namun semua pasang  mata yang menyaksikan langsung maupun via televisi Indosiar sangat puas  dengan atraksi permainan mereka.
Memang itulah sepak bola.  Penguasaan bola dan tercipta sejumlah peluang emas tidak selalu  memberikan kemenangan manis. Lini serang kita dalam memanfaatkan peluang  emas, entah mengapa, koq tak bisa-bisa. Lini serang dan eksekusi bola  di depan gawang harus menjadi perhatian serius para pelatih Timnas  Indonesia dalam level usia berapa pun. Saya pun sudah menulis tentang  hal ini menyikapi Timnas U-22 di Sea Games Malaysia. Efektivitas dan  efisiensi pemain kita memanfaatkan peluang emas sungguh memprihatinkan.
Hal  itu terulang lagi pada laga kemarin sore. Timnas kita sungguh  memberikan perjuangan yang patut dihargai. Terlepas dengan berbagai  kekuarangan yang harus dibenah dengan kerendahan hati. Berbagai masukan  baik yang mendukung maupun kurang mendukung harus ditampung dan  dievaluasi secara bijak para pelatih serta tim manajernya. Kita tidak  boleh hanya melihat hal yang mendukung namun catatan kritis meski sakit  bagaimana pun tetap diterima dengan lapang dada untuk sebuah kemenangan  di kemudian hari. Ingat, "kita bisa sehat dari sakit malaria karena  meminum pil pahit".Â
Timnas kita pasti akan meraih juara apabila  melewati berbagai tantangan dan kritikan. Timnas kita sudah berada pada  jalur yang benar. Tinggal perbaiki teknik memanfaatkan peluang di depan  gawang.Â
Coah Indra Sjafri sesungguhnya sudah mengantisipasi bahwa  pertandingan sore kemarin pasti berakhir dengan adu pinalti. Dalam  suatu wawancara bahkan coah yang satu ini menyatkan dengan tegas bahwa  sudah mempersiapkan para algoju tendangan dua belas pas. Namun ketika  kita menyaksikan para penendang kita kemarin sore, sepertinya belum siap  melakukan tendangan dua belas pas. Tendangan para algoju kita bisa  diantisipasi dengan sangat mudah oleh kiper Thailand. Itu menandakan  bahwa sesungguhnya kita belum siap 100% untuk adu pinalti. Coah Indra  sebaiknya mempersiapkan juga mental para penendang agar memiliki  kepercayaan diri dan ketenangan menghadapi kiper lawan di daerah 12  hehehe.
Apa pun hasilnya kemarin sore, saya pribadi hanya melihat  bahwa kita belum beruntung. Tetap berlatih keras, masih ada 1001  pertandingan di depannya. Belajarlah dari kekalahan kemarin sore untuk  bisa meraih juara secara bermartabat mulia di kemudian hari. Evaluasi  secara jujur dan penuh kearifan. Tidak mentolerir kesalahan tetapi juga  tidak sampai membunuh rasa optimisme para pemain muda kita.Mereka masih  panjang untuk berproses dan belajar menuju kematangan. Sepak bola mereka  sudah benar hanya terus belajar meningkatkan kualitasnya tanpa henti  melalui latihan yang teratur.
Cristiano Ronaldo, Lionel Messi,  Neymar dan pemain sepak bola dunia lainnya saja terus berlatih bahkan  "datang lebih awal dan pulang kemduaian" di tempat latihan, padahal  siapa yang tidak kenal mereka dalam mengolah si kulit bundar. Kita baru  di level AFF masih terdapat banyak kesempatan untuk menjadi bintang pada  laga-laga selanjut dan mungkin lebih tinggi dari yang kemarin. Tataplah  masa depan dengan terus berlatih dan bekerja keras, kamu pasti bisa.
Salam jabat erat di akhir pekan...
Ende, Flores 16 September 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H