Beberapa waktu lalu, penulis sempat menurunkan judul tulisan "Benarkah Ahok Tidak Membutuhkan PDI Perjuangan? Penulis membeberkan beberapa kesamaan dan konsistensi perjuangan PDI Perjuangan dan Basuki Tjahaja Purna (Ahok). Ada banyak persamaan meski pak Ahok sering dianggap berseberangan dengan partai moncong putih tersebut. Hal yang menjadi kesamaan adalah baik Ahok maupun PDI Perjuangan sama-sama mempertahankan secara konsisten 4 pilar bangsa dan tidak toleran terhadap berbagai tindakan kejahatan terutama korupsi.
Walau sudah didukung tiga partai dan dianggap sudah memenuhi persyaratan minimal dukungan KPUD DKI untuk seorang kandidat, pak Ahok bersama teman Ahok terus menjalin komunikasi mutualisme dengan PDI Perjuangan terutama dengan Ibu Megawati Soekarno Putri sebagai pemegang hak prerogatif partai dalam memutuskan siapa yang akan diusung dari rumah induk PDI Perjuangan untuk pemilukada presiden, gubernur, bupati dan wali kota. Saat ini, semua mata tertuju ke Ibu Megawati dalam usaha merekomendasikan siapa bakal calon DKI 1 dan 2.
Hari-hari sebelumnya sepertinya sudah ada signal lampu hijau bahkan pak Ahok secara terang-terangan sudah melamar pak Jarot sebagai wakilnya yang sebelumnya di saat masih calon perseorangan mendukung pak Heru. Ahok-Heru sudah berubah ke Ahok-Jarot. Rupanya angin segar itu kembali bergerak ketika pak Ahok sudah menemui Ibu Megawati dan sejumlah pengurus pusat PDI Perjuangan beberapa waktu lalu. Media-media terutama online sudah ramai dukungan PDI Perjuangan dan Ibu Megawati terhadap pencalonan Ahok-Jarot, bahkan sudah digadang-gadang ada hari untuk pendeklarasasian.
Sejalan dengan bergeraknya waktu, ternyata berita itu belum menuju kenyataan. Semuanya masih kabur. Masih abu-abu. Para petinggi pengurus pusat PDI Perjuangan juga seperti menggunakan panggung untuk menyerang Ahok dan sepertinya sepakat mengalihkan posisi Ahok menjadi calon wakil dan Jarot menjadi calon gubernurnya. Sama persis dengan acara "tukar nasib". Hehehe ada-ada saja. Rakyat makin penasaran dan ada yang mulai bosan dengan permainan lelucon yang coba dimainkan sebagian elite PDI Perjuangan.
Para pengamat juga mulai ikut bermain dengan permainan PDI Perjuangan dalam rangka tukar nasib tersebut. Namun ada satu pengamat yang cukup setia dan konsisten menyatakan bahwa PDI Perjuangan dan Ibu Megawati pasti mendukung Ahok-Jarot dengan biaya politik sedikit resiko menuju pipres dan pileg 2019. Apalagi Ahok-Jarot menang di Jakarta dan Risma apabila masuk Jatim 1 maka semakin memuluskan pileg dan pilpres 2019 nanti. Itulah pengamatan pengamat Ikrar Nusa Bakti.
Namun, saat ini, ada semacam permainan tingkat elit partai untuk menggusur Ahok dari pencalonan DKI 1. Kita tidak tahu persis, entahlah apa yang dipikirkan para elite partai dengan risiko politik yang akan mereka terima nanti. Ingat, rakyat akan menentukan permainan mereka pada waktu yang tepat. Ahok, tentu sudah mempertimbangkan segala risiko termasuk ia tidak lagi dicalonkan sebagai calon gubernur. Tentu rakyat DKI dan seluruh rakyat Indonesia akan menghukum tepat pada waktunya. Rasanya PDI Perjuangan terlalu berisiko jika tidak mengusung Ahok.
Apa pun kekurangan Ahok sebagai manusia namun secara jujur kita mengatakan bahwa Ahok, satu-satunya calon yang jujur dan elektabilitas sangat tinggi saat ini dan 2017 menuju kursi DKI 1. Riskan apabila partai tidak mendukungnya. PDI Perjuangan pasti memiliki orang-orang handal yang dekat dengan rakyat DKI dan rakyat Indonesia. Antusiasme rakyat terhadap Ahok sama dengan antusiasme rakyat Indonesia terhadap pak Jokowi pada pilpres lalu. PDI Perjuagnan harus mencatat peristiwa itu di dalam hati nurani yang peling bersih. Semakin menyerang Ahok maka pak Ahok akan semakin memenangkan pertarungan. Hal paling buruk pun misalnya Ahok tidak bisa maju calon maka partai-partai yang ikut mempermainkan pak Ahok akan mengalami karmanya.
Ingat kebaikan akan menuai kebaikan yang lebih banyak. Sebaliknya kita menabur badai, cepat atau lambat akan menuai badai.
Pertanyaan besarnya, Entahkah atau Benarkah PDI Perjuangan dan Ibu Megawati tidak membutuhkan Ahok?
Jawaban sesungguhnya ada pada benak dan nurani terdalam PDI Perjuangan terutama Ibu Megawati sebagai pemegang hak prerogatif. Saya yakin Ibu Megawati mampu menjawab keinginan seluruh rakyat Indonesia terutama rakyat DKI Jakarta.
Selamat berdemokrasi. Pak Ahok, tenanglah bekerja sampai tuntas untuk rakyat Jakarta, biarkan PDI Perjuangan dan Ibu Megawati menentukan pilihan mereka. Pilihan mereka yang paling ideal dan rasional saat ini adalah pasangan Ahok-Jarot menuju DKI 2017-2022.