Mohon tunggu...
Kosmas Lawa Bagho
Kosmas Lawa Bagho Mohon Tunggu... Auditor - Wiraswasta

Hidup untuk berbagi dan rela untuk tidak diperhitungkan, menulis apa yang dialami, dilihat sesuai fakta dan data secara jujur berdasarkan kata hati nurani.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Menjadi Capres dari PDI Perjuangan Nyaris Mendekati Kenyataan

5 Maret 2014   20:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tinggal tunggu waktu saja. Tidak terlalu lama lagi, para pecinta dan rakyat Indonesia akan menuai oase kenyataan di tengah harapan yang kian memuncak. Sejak paruh waktu yang lalu, Rakyat Indonesia mengharapkan ada perubahan pada kepemimpinan nasional yang belum juga menunjukkan prestasi peningkatan kesejahteraan yang makin bermartabat.

Sudah menjadi lumrah di dunia ini. Apabila situasi atau kondisi kekurangan yang tidak segera diatasi oleh pemimpin maka sebagian bahkan seluruh Rakyat mengarahkan pada pemimpin lain yang dianggap sebagai 'dewa penolong' atau 'sang matahari baru' kepemimpinan nasional untuk datang bersama mereka mengatasi berbagai kondisi kemelaratan yang menimpa mereka.

Situasi yang tidak segera berubah membuat rakyat jenuh dan bosan pada sistem kepemimpinan yang sedang mereka alami. Untuk itu tidaklah kebetulan dan tidaklah juga berlebihan bahwa Rakyat Indonesia mulai mengelus dan mengarahkan pada satu tokoh politik yang lagi ngetop yaitu Joko Widodo (Jokowi).

Joko Widodo (Jokowi) boleh dibilang karir politiknya melejit melambung tinggi dalam waktu yang relatif singkat meski proses perjalanan sang pengusaha meuble itu sudah lama dan cukup melelahkan. Melelahkan lantaran sebagian kecil politisi menganggapnya hanyalah 'anak bawang' dalam bidang politik.

Namun ia membuktikan diri bahwa ia bukanlah seperti dianggap sebagian politisi apalagi para lawannya. Ia berjaya menjadi Walikota Solo dua periode melalui pemilihan langsung oleh rakyat. Pada paruh periode ke-2, ia meraih hampir 70-80% suara meski tidak selesai. Ia melejit melambung menjadi calon gubernur DKI. Awalnya tidak diperhitungkan bahkan dipandang sebelah mata oleh kandidat lain terutama kandidat "incumbet' yang didukung hampir semua partai politik di Jakarta minus PDI Perjuangan dan Gerindra. Lembaga survei pun ikut-ikutan memojokkan Jokowi yang berpasangan dengan Ahok tidak masuk dalam hitungan survei mereka. Bahkan lembaga survei itu dengan gagah berani mengatakan kemenangan kandidat incumbet menang satu putaran.

Bukan Jokowi kalau tidak melakukan kejutan atau boleh dikatakan keajaiban. Semua prediksi itu salah besar. Jokowi-Ahok melaju dengan cepat dan menduduki peringkat pertama pada putaran pertama. Dan alhasil lantaran dukungan arus bawah yang begitu kencang, Jokowi-Ahok menjadi pemenang pada putaran dua dan duduk pada kursi panas gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dengan sejumlah persoalan yang belum bisa diselesaikan para pendahulunya. Jokowi tidak menggerutu apalagi ada preseden menyalahkan para pendahulunya. Ia menerima dalam diam dan langkah demi langkah membuat perubahan menuju Jakarta Baru. Ada yang berhasil namun ada juga yang belum berhasil. Lagi-lagi, ia diserang oleh lawan politik termasuk para pendukungnya yang merasa tidak puas karena mereka ingin perubahan yang instan tanpa proses. Sekali lagi, beliau menerima dengan besar hati dan terus bergerak dalam tindakan nyata.

Baru satu tahun lebih memimpin Jakarta, tiba-tiba durian runtuh itu datang lagi menghinggapi Joko Widodo (Jokowi). Beliau mulai dielus-elus dan digadang-gadang kekuatan rakyat akar rumput yang lapar akan perubahan dengan tipe kepemimpinan yang tidak terlalu formal dan elegan agar bisa menjadi salah satu capres dari PDI Perjuangan dan mereka (rakyat akar rumput) akan bahu-membahu memperjuangkan agar Jokowi menjadi presiden mereka paska SBY. SBY memang sudah melakukan sesuatu selama dua periode untuk RI. Namun rupanya belum menjawab oase hasrat dan kebutuhan mereka, sehingga mereka secara serempak tanpa komando utnuk mengusung Joko Widodo menjadi pemimpin mereka apapun tantangan yang mereka hadapi.

Seperti biasa. Pro-kontra terus menggelayut. Bukan hanya dari para politisi lawan politik PDI Perjuangan tetapi malah internal partai 'trah' Soekarno. Internal partai coba bermain-main untuk mempengaruhi pikiran dan kebijkan Ibu Megawati untuk tidak merasa sreg dengan Jokowi. Namun rupanya semua kebenaran dan ketulusan menghinggapi sang ibu negarawan itu, sehingga meski belum resmi namun signal positif mulai dinyalakan sang ibu diberi kewenangan penuh untuk menentukan capres-cawapres dari partai yang lagi diminati rakyat saat ini.

Saat ini, kemana-mana Ibu Megawati diundang oleh lembaga tertentu selalu didampingi Jokowi termasuk kuliah umum di Surabaya. Seolah-olah Ibu Megawati mau menunjukkan kepada rakyat Indonesia bahwa capres dari PDI Perjuangan adalah sesuai hasrat dan kebutuhan masyarakat akar rumput di Indonesia.

Kalau begitu, Jokowi menjadi capres dari PDI Perjuangan nyaris mendekati kenyataan dan euforia kita semakin lebih berkualitas. Akan tetapi lebih penting kita dukung dengan satu suara pada pemilihan presiden pada tanggal 09 Juli 2014 sehingga Joko Widodo (Jokowi) kita antar ke tampuk kepresiden untuk melakukan perubahan menuju Indonesia Baru yang lebih sejahtera dan bermartabat.

Salam politik dari Ende-Flores, 05 Maret 2014

Kosmas Lawa Bagho

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun