Bukan rahasia lagi bahwa sejak kehidupan nenek moyang baik yang diceriterakan turun temurun atau disaksikan sendiri bahwa kucing dan anjing adalah dua binatang yang saling membenci, melumpuhkan dan tidak bisa hidup bersahabat apalagi berdamai di suatu tempat. Di mana ada kucing dan anjing pasti ada keributan hebat lantaran memang keduanya sudah ditakdirkan untuk tidak bisa hidup bersama.
Pameo atau kesaksian masing-masing kita tentang kedua jenis binatang mamalia tersebut memang tertanam kuat di dalam pikiran dan hati kita bahwa memang keduanya tidak bisa hidup bersama secara damai atau harmoni. Keduanya selalu ribut, saling berebutan dan saling mempertahankan hidup masing-masing. Anjing yang dibekali dengan naluri membunuhnya melalui gigi-gigi yang tajam sementara kucing dibekali kuku yang bisa mencakar dengan ganas dan sangat berbahaya. Dengan bekal kelebuhan masing-masing, keduanya bisa saling mengalahkan satu sama lain.
Namun pameo atau kesaksian itu sudah berkahir. Dalam suatu tayang televisi swasta beberapa waktu lalu, ada sesuatu yang unik dan menarik untuk disimak. Dalam tayangan kira-kira 15 menit itu, kucing dan anjing bisa hidup berdampingan, berdamai dan saling memberi kehidupan satu sama lain. Hal ini kontras bahkan kontradiktif dengan keyakinan dan kesaksian yang kita yakini selama ini.
Dalam sebuah rumah (tentu di dunia Barat), anjing dan kucing bisa makan dalam satu piring tanpa saling mendahului apalagi saling bermusuhan. Tayangan tersebut semakin menarik ketika sang tuan rumah bepergian jauh dan meninggalkan keduanya dalam waktu yang cukup lama. Keduanya berusaha saling menyuap satu sama lain dengan sisa-sisa makanan yang masih ada.
Namun lantaran sang tuan belum juga kembali sementara ketersediaan makanan habis, sang kucing tak bisa bertahan dan mati. Anjing dengan naluri kebinatangannya datang mendekat, menjilat sang kucing sial dan menjatuhkan air mata. Mungkin ini hanya akting dalam sebuah filem. Penulis tidak tahu persis. Namun tindakan itu cukup membuat penulis terenyuh sebagai manusia dengan bekal akal budi yang sehat dan sikap saling mengasihi satu sama lain.
***
Dunia kucing dan anjingm kita tinggalkan sebentar. Besar kemungkinan tayangan itu hanya memancing reaksi akal budi manusia untuk juga mengasihi lingkungan termasuk kucing dan anjing. Keduanya yang bermusuhan bisa hidup saling bersahabat, berdamai dan berdamai apabila keduanya disentuh dengan rasa kemanusiaan (kasih sayang). Ternyata keduanya bisa hidup rukun tanpa permusuhan sedikit pun. Bahkan mereka bisa saling membantu mempertahankan hidup dalam kekurangan dan bisa menjatuhkan air mata kesedihan atau merasa kehilangan apabila salah satunya meninggalkan kehidupan tanpa ia mengerti apa itu makna kehidupan.
Hati penulis terenyuh menyaksikan tayangan tersebut. Akan tetapi hati dan seluruh jiwa penulis kian teriris dengan menyaksikan kehidupan manusia Indonesia saat ini. Memang mungkin hal itu hanya dilakukan sekelompok orang yang belum menyadari apa itu kehidupan dan makna terdalam kehidupan pribadi dan sesamanya. Kita semua yang berbekalkan akal budi dan rasa kasih sayang yang sama koq tiba-tiba naluri saling membunuh itu membuncrat keluar. Hanya satu dua alasan yang tidak jelas, koq tega-teganya kita saling menyerang atau menyerang sesamanya membabi buta hanya karena perbedaan suku, ras, pilihan politik dan agama.
Kita semua berharap peristiwa di Sleman dan di daerah lain yang selalu diwarnai dengan kekerasan atau penyerangan cukup sudah. Selain kita berharap negara dan aparat keamanan mengusut tuntas dan bertindak tegas namun sebagai sesama manusia yang berakal budi dan berke-Tuhanan yang sama, mari kita masing-masing pribadi menular virus kebaikan, kedamaian, kelemahlembutan dan kasih sayang. Segala kebencian dan iri hati hanya bisa dilayani dengan kasih sayang tak terbatas.
Kucing dan Anjing saja bisa bersahabat meski mungkin hanya dalam filem, mengapa kita tidak!
Selamat menyebarkan virus kasih sayang dan tinggalkan sikap kekerasan serta saling bermusuhan. Kita berbeda dalam keseimbangan dan harmoni. Indonesia adalah rumah besar bagi seluruh rakyat tanpa melihat latar belakang apapun. Perbedaan menjadi nuansa keberagaman yang indah dalam satu tama yang sama yaitu Indonesia.