Mohon tunggu...
Kosmas Lawa Bagho
Kosmas Lawa Bagho Mohon Tunggu... Auditor - Wiraswasta

Hidup untuk berbagi dan rela untuk tidak diperhitungkan, menulis apa yang dialami, dilihat sesuai fakta dan data secara jujur berdasarkan kata hati nurani.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Merdeka 69"

17 Agustus 2014   17:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:19 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini setiap insan yang berkewarganegaraan Indonesia memekikkan kata merdeka baik secara keras dan terang-terangan maupun di dalam hati sembari berdoa memadahkan syukur berlimpah kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kemerdekaan selama 69 tahun lalu.

Tak lupa pula, Gereja di seluruh Indonesia mempersembahkan HUT Kemedekaan RI dalam perayaan Ekaristi khusus yang dirayakan secara meriah dengan bacaaan Injil tentang pembayaran pajak. Tuhan Yesus dicobai para munafik apakah Beliau dan para murid juga membayar pajak. "Guru, kami tahu, Engkau seorang yang jujur dan dengan jujur mengajarkan jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah pendapat-Mu, Bolehkah membayar pajak kepada kaiser atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hari mereka. Ia lalu berkata "Mengapa kamu mencobai Allah, hai orang-orang munafik?" Tunjukkan kepada-Ku mata uang pajak itu. "Mereka membawa satu dinar kepada Yesus". Yesus bertanya kepada mereka, "Gambar dan tulisan sipakah ini?" Jawab mereka, "Gambar dan tulisan kaisar". Lalu Yesus berkata kepada mereka, "Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah".

Bacaan ini mengingatkan warga gereja dan warga bangsa atau dalam bahasa Mgr. Albertus Soegijopranata, SJ dengan ajakan yang yang sangat fenomenal "Seratus persen Katolik, Seratus persen Warga Negara Indonesia" untuk bisa membedakan apa yang menjadi kewajiban sebagai warga bangsa untuk tunduk dan taat pada kewajiban sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku dan tunduk serta taat kepada Gereja sebagai umat Allah.

Enam puluh sembilan tahun bukanlah waktu yang pendek bagi kita menyatakan dan merayakan kemerdekaan. Apabila 17 Agustus 1945 Soekarno dkk telah menyatakan kemerdekaan dari berbagai penjajahan fisik bangsa lain maka 17 Agustus 2014 hari ini kita juga harus menyatakan kemerdekaan diri kita dari berbagai penjajahan fisik dan rohani akibat perbuatan-perbuatan atau pun perkataan-perkataan yang melukai dan menciderai makna terdalam kemerdekaan itu.

Kita harus bersyukur bahwa negara dalam segala kemampuannya sudah menjamin berbagai kemerdekaan atau kebebasan tanpa memandang latar belakang apapun. Kita boleh melakukan apa pun dengan merdeka yang penting tidak merugikan atau mencelakan orang lain dan diri sendiri.

Untuk itu, kita terus bersyukur dan berdoa agar kemerdekaan yang dinyatakan 17 Agustus 1945 harus terus dijaga agar tetap lestari sampai generasi anak cucu. Perayaan HUT ke-69, hendaknya semakin mendewasakan setiap warga anak bangsa untuk semakin matang dan dewasa dalam persatuan yang mengusung penghargaan pada perbedaan atau keberagaman agar Indonesia semakin adil, aman, damai dan bermartabat.

HUT ke-69, hendaknya rahim Ibu Pertiwi ini bisa melahirkan para pemimpin publik dari tingkat pusat hingga daerah memberikan kontribusi yang bermartabat bagi rakyat seluruh Indonesia tanpa diskriminasi apa pun bentuknya. Kita berterima kasih pemerintah dan negara masih menjamin semuanya dalam koridor empat pilar kebangsaan meski di sana sini ada juga hal-hal yang masih membuat Rahim Kemerdekaan Ibu Pertiwi tergores oleh perilaku sebagian anaknya yang kurang menghargai keberaragaman, sebagian masih melakukan korupsi besar-besaran yang akhirnya menjajah anak kandung mereka sendiri.

Memang Merdeka sebuah kata yang indah dan mudah diucapkan dan diulang secara terus menerus. Namun tidaklah terlalu mudah untuk diimplementasikan secara konsisten dan bertanggungjawab. Untuk itu momen Merdeka 69 memanggil kita semua merenung serta merefleksikan secara lebih baik agar bisa diterapkan secara tepat bagi kejayaaan Indonesia. Berat tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan.

Sebab, Bung Karno pernah bilang, "Wahai anakku, perjuanganmu akan lebih berat karena menghadapi wargamu sendiri sementara kami berjuang melawan penjajahan dari bangsa lain?'

Mari kita jaga dan rawat bersama Merdeka 69 hari ini sebagai pijakan untuk Merdeka-Merdeka yang lain ke depan dalam NKRI, Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. Jangan sampai legacy atau warisan keramat para pendiri kita 69 tahun lalu itu menjadi sia-sia dan hanya tinggal nostalgia pilu bagi generasi emas mendatang.

Salam Merdeka 69, janganlah kita saling menciderai rasa kemerdekaan itu dalam nuansa bertanggungjawab!

Dirgahayu Indonesia 17 Agustus 1945 - 17 Agustus 2014

Suara kecil dan halus dari kota dingin Malang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun