Mohon tunggu...
Laviona PutriRegula
Laviona PutriRegula Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB

A detailed, go-getter, self-motivated person who has simmering passion in communications and event management with economics as my educational background

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peserta One Village One CEO IPB Hadirkan Produk Inovasi "Beras Rendah Glikemik"

26 November 2022   00:40 Diperbarui: 26 November 2022   00:50 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

OVOC (One Village One CEO) merupakan salah satu program inovasi ekosistem bisnis perdesaan berbasis pemberdayaan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) yang diawali pada tahun 2018, sebuah program yang diinisiasi oleh Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir IPB University. OVOC bertujuan untuk memberikan pembelajaran kepada mahasiswa mengenai bagaimana membentuk ekosistem bisnis perdesaan berbasis produk unggulan desa (Prukades).

Desa Purwabakti memiliki potensi sumber daya alam yang sangat luar biasa, salah satunya pertanian dengan teraseringnya. Masyarakat desa beserta pemerintahan desa Purwabakti melalui musyawarah desa khusus mendirikan sebuah wadah/Lembaga yang memang diperuntukkan mengelola potensi sumber daya alam tersebut. 

Pada tanggal 11 Maret 2018 maka dibentuklah sebuah lembaga usaha pedesaan yaitu Bada Usaha Milik Desa Purwabakti dengan nama BUMDes Bhakti Kencana.

Dokpri
Dokpri

Selasa, 13 September 2022. Peserta OVOC yang bertugas di desa Purwabakti berkesempatan untuk mengikuti serangkaian proses pembuatan beras rendah glikemik, produk inovasi yang menjadi unggulan desa tersebut. 

Produk tersebut memiliki Indeks Glikemik (IG) yang tergolong rendah (<55). Produk tersebut dapat dicerna oleh tubuh secara perlahan, sehingga tidak menyebabkan kadar gula darah naik secara drastis. Sangat cocok untuk penderita diabetes.

Pak Haji Emang, kepala Gapoktan desa Purwabakti memberikan arahan kepada para peserta OVOC selama rangkaian proses pembuatan padi rendah glikemik. Dimulai dari menanam padi hingga dipanen, lalu padi direndam selama satu malam. 

Selanjutnya, padi yang sudah direndam dijemur dibawah terik matahari dari pagi hingga sore. Kemudian padi dikukus untuk kemudian dijemur lagi keesokan harinya. Tahap terakhir sebelum pengemasan, yaitu penggilingan yang dilakukan sebanyak satu kali. Hal ini dilakukan agar beras tidak hancur.

Proses pembuatan beras rendah glikemik milik BUMDes Bhakti Kencana ini memakan waktu sekitar 5-7 hari. Dalam pengerjaannya, produk masih diolah menggunakan alat manual dan seadanya. Pengemasan produkpun masih kurang menarik untuk bisa sampai masuk ke dalam supermarket. Kendati begitu, produk tersebut memiliki potensi yang begitu besar untuk berkembang dan berkelanjutan.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Agar memberikan nilai tambah dan citra dari produk tersebut, tim OVOC IPB merancang desain terbaru untuk kemasan. Hal tersebut diharapkan menjadi terobosan baru agar produk bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas nantinya. Desain dibuat dengan memperhatikan standar kemasan, kreatifitas, komponen penting pada kemasan, branding/merk pada kemasan, dan trend kemasan saat ini.

Tak hanya itu, tim OVOC IPB juga melakukan pendaftaran untuk izin PIRT produk. PIRT adalah sertifikat izin Pangan Industri Rumah Tangga yang diberikan oleh Bupati atau Walikota melalui Dinas Kesehatan. Hal tersebut menandakan bahwa produk sudah teruji layak untuk dipasarkan nantinya.

Menunggu serangkaian proses pembaruan yang sedang dilaksanakan, produk nantinya akan menjangkau pasar dengan lebih luas baik secara offline maupun online. Untuk via online, penjualan melalui media sosial (website, facebook, instagram)  dan e-commerce (Shopee, Toko Pedia).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun