Kereta wisata Priority, layanan kelas teratas yang tersedia pada sejumlah perjalanan KA Argo Parahyangan tertentu (dok. pribadi)
Akhir kata, sebagai seorang pengguna setia kereta Argo Parahyangan, saya berharap kereta ini akan berumur panjang, mengalahkan pendahulunya:
* Argo Gede, yang hanya beroperasi 14 tahun (31 Juli 1995 -- 26 April 2010)
* Parahyangan, yang dihentikan sebelum genap 39 tahun beroperasi (31 Juli 1971 -- 26 April 2010)
Sudah banyak fasilitas bagus yang disediakan, namun masih ada hal-hal yang saya rasa perlu diperbaiki.
Pertama, wi-fi on board. Dua kali naik KA Argo Parahyangan yang memakai rangkaian terbaru Eksekutif stainless steel, saya bisa terhubung ke jaringan wi-fi kereta tapi sayang tidak bisa digunakan untuk membuka internet ataupun bermain media sosial.
Wi-Fi on board. Sudah benar passwordnya, berhasil terhubung, tetapi tidak bisa dipakai buka internet (dok. pribadi)
Kedua, pintu interior kereta. Tahun 2010, semua kereta Eksekutif Argo Parahyangan dilengkapi pintu geser otomatis. Sebuah kecanggihan yang sudah ada sejak Argo Gede diresmikan tahun 1995. Sayangnya, tahun 2018, semua kereta Eksekutif Argo Parahyangan menggunakan pintu geser manual. Mungkin terasa sepele, tapi secara pribadi saya kangen dengan fasilitas itu, jadi terasa berada dalam kereta modern.
Pintu interior kereta Eksekutif Argo Parahyangan, buatan 2018 tapi sayang harus digeser manual (dok. pribadi)
Ketiga, warna kursi pada rangkaian Eksekutif stainless steel 2018. Mungkin ini bagian yang paling bisa diperdebatkan, karena ini merupakan murni pendapat pribadi saya. Saya mengapresiasi usaha PT KAI untuk tampil lebih fresh, sehingga mencoba memilih paduan warna biru muda dan putih untuk kursi kereta Eksekutif 2018.
Tapi, saya secara pribadi lebih suka apabila untuk warna kursi sebaiknya tetap menggunakan kombinasi warna yang cenderung lebih gelap, misalnya seperti warna abu-biru tua yang ada pada kursi kereta Eksekutif buatan INKA tahun 2016-2017. Buat saya, warna itu lebih matching dengan model armrest yang diberi sentuhan bernuansa kayu.
Kursi kereta Eksekutif 2018. Satu hal yang (menurut saya) kurang pas hanya pemilihan warna. Penilaian subjektif, bukan objektif, jadi bisa diperdebatkan tergantung selera masing-masing (dok. pribadi)
Dari ketiga poin di atas, saya sangat berharap poin pertama dan kedua dapat menjadi perhatian PT KAI selaku operator Argo Parahyangan dan segera memperbaikinya. Untuk poin ketiga, karena bersifat sebatas opini pribadi, mungkin bisa ditampung sebagai saran.
Syukur kalau bisa dipertimbangkan, tapi kalau ada pertimbangan lain di balik pilihan warna kursi yang cerah, ya itu terserah operator. Saya tidak terlalu berharap seperti pada poin pertama dan kedua...
Sekian cerita dari saya, mohon maaf apabila ada salah-salah kata. Perlu saya tegaskan pula bahwa tulisan ini adalah sepenuhnya opini pribadi saya, berdasarkan fakta yang saya alami, terutama di tahun 2018 ini sejak pindah bekerja di Jakarta dan mulai menjadi bagian dari "golongan PJKA" (walau saya pulang ke Bandungnya selalu Sabtu pagi, tapi balik ke Jakarta pasti Ahad sore)...
Lihat Trip Selengkapnya