Tentunya pengalaman naik kereta melewati jalur Bandung-Banjar dan sebaliknya berbeda sekali dengan pengalaman naik kereta Jakarta-Surabaya lewat jalur utara yang cenderung datar-datar saja (walau di jalur tersebut kita bisa melihat laut dari dalam kereta). Tapi, jalur kereta api yang begitu eksotis itu juga ternyata yang paling rawan bencana. Daerah Priangan merupakan daerah yang rawan mengalami bencana tanah longsor, tak terkecuali di wilayah yang dilalui jalur kereta api antara Bandung dengan Banjar. Kasus terakhir baru saja terjadi hari Sabtu, 12 Maret 2016 yang lalu. Sekitar pukul 17:30, tanah sepanjang 30 meter di bawah jalur kereta api petak Ciamis-Bojong, tepatnya di kilometer 293, tergerus air hingga kedalaman 6 meter.
Berdasarkan berita yang saya dengar dari siaran Kompas TV pada Minggu pagi, kejadian tersebut segera diketahui warga setempat dan langsung dilaporkan ke petugas PT KAI sebelum ada kereta yang lewat. Saat itu, posisi kereta yang paling dekat dengan TKP, adalah KA Pasundan rute Surabaya-Bandung (tertahan di Stasiun Banjar) dan KA Mutiara Selatan rute Bandung-Surabaya (tertahan di Stasiun Tasikmalaya). Bisa dibayangkan, bila tidak ada warga atau petugas KAI yang mengetahui adanya longsor di petak tersebut, dan salah satu dari kedua rangkaian kereta yang saya sebutkan di atas keburu melintas di TKP, maka kecelakaan pun takkan mungkin terhindarkan.
Jika melihat ke belakang, setidaknya sepuluh tahun terakhir, telah terjadi sedikitnya dua kecelakaan kereta api di jalur KA Bandung-Banjar yang diakibatkan tanah longsor, salah satunya hingga mengakibatkan korban tewas. Tahun 2007, Kereta Api Serayu (Jakarta-Kroya) anjlok di petak Warungbandrek-Bumiwaluya, mengakibatkan tujuh orang luka berat dan 17 orang lainnya luka ringan (sumber berita Antaranews.com dan Suaramerdeka.com).
[caption caption="KA Serayu yang anjlok di petak Warungbandrek-Bumiwaluya, 21 April 2007 (sumber foto: Suara Merdeka)"]
Tahun 2014, tepatnya tanggal 4 April, Kereta Api Malabar (Bandung-Malang) terguling di petak Cirahayu-Ciawi, mengakibatkan 5 orang meninggal dunia dan sejumlah korban luka-luka (sumber berita Kompas.com dan Republika.co.id).
[caption caption="KA Malabar yang anjlok di petak Cirahayu Ciawi, 04 April 2014 (sumber foto: Republika Online)"]
Mengingat risiko longsor yang cukup besar di daerah tersebut, maka PT KAI DAOP II Bandung rutin melakukan pemeriksaan kondisi rel, bantalan, dan terutama tanah di sepanjang jalur KA yang membentang dari Kota Bandung hingga Kota Banjar tersebut (dan juga jalur KA lainnya di lingkup DAOP II), khususnya ketika memasuki musim hujan. Bagaimanapun juga, risiko terjadinya longsor di jalur kereta api tersebut tetap saja ada. Bukan berarti lantas kita menjadi ketakutan untuk menggunakan angkutan kereta api. Jangan lupa untuk selalu berdoa sebelum melakukan perjalanan, supaya selamat sampai tujuan.
[caption caption="Hamparan sawah berlatar belakang gunung, dilihat dari dalam KA Lodaya Pagi di daerah Leles, Garut, Jawa Barat (sumber dokumentasi pribadi)"]
Sekian ulasan dari saya mengenai jalur kereta api Bandung-Banjar, semoga bisa membuat para pembaca tertarik untuk menikmati keindahan alam Priangan dari dalam kereta api yang melintasi jalur tersebut.
Salam dari seorang railfan DAOP II Bandung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H