Satu bulan terakhir ini Indonesia sedang dalam keadaan darurat praktek terorisme. Haru ibu pertiwi kehilangan puluhan putera puteri bangsa yang menjadi korban dalam tragedi bom bunuh diri di sejumlah kota besar. Setiap keluarga harus saling menjaga agar tak ada lagi yang menjadi umpan dari aksi sang penggentar.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan telah berhasil menangkap 74 terduga teroris hanya dalam waktu 8 hari. Penangkapan ini merupakan buntut aksi teror yang dilakukan di sejumlah tempat, diantaranya di Depok, Surabaya dan Riau pada pekan lalu. Dari penangkapan terduga teroris ini, kepolisian menyita sejumlah barang bukti yang terdiri dari bom, baterai, hingga komponen peledak lainnya.
Keluarga merupakan pondasi utama dalam pembentukan pola pikir anak yang akan menentukan akan seperti apakah mereka nantinya. Paham radikalisme ternyata sudah ditanamkan sejak kecil hingga mereka tumbuh menjadi pribadi yang percaya bahwa dengan bunuh diri akan membawanya ke surga.
Di dunia yang serba canggih saat ini, teknologi kerap disalahgunakan untuk melakukan tindak kejahatan. Jaringan teroris kerap menggunakan media sosial untuk menyebarkan paham, merekrut anggota, saling berkomunikasi satu sama lain, hingga melancarkan serangan dan menyebarkan rasa takut ke seluruh dunia, dalam waktu cepat.
Dengan begitu kita harus selalu mengingatkan keluarga untuk selalu berhati-hati dalam menggunakan media sosial, terutama kepada adik karena anak muda merupakan sasaran empuk agar mereka lebih mudah mencuci otak dengan mengajarkan paham radikal.
Jaringan teroris kerap memanfaatkan peran ibu rumah tangga dan anak-anak untuk peralat satu keluarga agar mau menjalankan aksi jihadis melalui bom bunuh diri dengan alasan karena mereka jarang dicurigai terlibat aksi terorisme oleh aparat negara. Jika satu keluarga sudah memiliki paham radikal sangat kuat, sangat besar kemungkinan mereka akan mengajarkan dan menyebarluaskan pemahaman tersebut ke orang lain.
Maka dari itu tak menutup kemungkinan bila anggota keluarga kita menjadi target mereka untuk mengikuti ajaran yang tidak benar dan entah dari mana asalnya. Oleh sebab itu kita harus selalu menjaga keluarga dengan lebih sering berkumpul dan mengobrol bersama agar dapat terus memantau perkembangan pola pikir, psikis, serta gerak-gerik anggota keluarga satu sama lain. Jangan sampai kecolongan dan akhirnya menyesal dikemudian hari apabila harus merasakan kehilangan harta yang paling berharga yakni keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H