Mohon tunggu...
Rauf Rahim
Rauf Rahim Mohon Tunggu... Administrasi - Literasi

Rauf Rahim, tinggal di Tanjungpinang, Kepulauan Riau

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kemarau Kekeringan, Hujan Banjir!

14 Mei 2020   17:48 Diperbarui: 14 Mei 2020   17:52 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Masyarakat perkotaan seperti di Tanjungpinang mendiami rumah dengan halaman yang hampir semuanya telah di semenisasi (beton). Air hujan hampir tidak mempunyai celah untuk merembes kedalam tanah. Logika sederhana saja, jika air hujan tidak masuk kedalam tanah, bagaimana mungkin air sumur kita akan terisi air yang cukup?

Masyarakat seharusnya menyediakan sumur resapan (Biopori) di halaman masing-masing. Biopori merupakan lubang pada tanah dengan diameter 10 hingga 15 cm dengan kedalaman sekitar 100 hingga 120 cm. Mulut lubang diberi adukan semen untuk mencegah guguran tanah yang akan menutup lubang. Setiap rumah boleh membuat biopori sebanyak mungkin dengan jarak antar lubang sekitar 1 meter, atau setidaknya empat biopori untuk satu rumah. Dengan jumlah tersebut akan memberi celah untuk resapan air hujan, sehingga volume air tidak banyak lagi mengalir ke jalanan.

Manusia Menjadi Pengelola Alam (Khalifah di muka bumi)

Dengan uraian diatas, setidaknya ada empat hal yang dapat kita lakukan dalam mengelola ketersediaan air. Jika dilakukan bersama-sama kami yakin masalah air di Kota Tanjungpinang dapat diatasi.

Pertama, berhemat dalam penggunaan air. Kurangi penggunaan air yang tidak perlu, terutama pengawasan pada kebocoran pipa rumah tangga; Kedua, membuat biopori minimal empat buah dirumah masing-masing sebagai resapan air hujan. Biopori ini akan menjadi alur air hujan menuju sumur dangkal kita dan mengurangi volume air yang dibuang ke selokan; Ketiga, pertimbangkan kembali penggunaan sumur dalam. Dalam jangka waktu tertentu, sumber air dalam lapisan tanah dalam akan menjadi payau bahkan asin. Hal tersebut akan menjadi bencana bagi kita semua.

Selanjutnya kepada Pemerintah kita berharap untuk menjamin ketersedian pasokan air dari PDAM. Perlu pengawasan yang pasti terhadap sumber air baku, serta alternatif lainnya yang mungkin bisa diterapkan. Masyarakat sangat menantikan beroperasinya secara maksimal proyek reserve osmosis atau desalinasi air laut yang konon menjadi solusi ketersediaan air baku di Tanjungpinang.  Program yang digagas dan dijalankan sejak tahun 2012 tersebut, hingga sekarang belum juga menyelesaikan masalah kekurangan air di Kota Gurindam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun