Sejak masa kecil, kita pasti pernah mendengar tentang berbagai cerita rakyat baik entah itu di sekolah, melalui buku cerita, atau pun televisi. Setiap cerita rakyat selalu ada pesan moral yang dapat dipetik dan berguna sebagai nasihat bijak untuk anak-anak. Salah satu cerita rakyat yang cukup populer yaitu bawang merah dan bawang putih. Cerita singkatnya adalah sebagai berikut.
Pada jaman dulu kala hidup si bawang merah dan bawang putih. Mereka berdua adalah dua perempuan sebaya dan merupakan saudara tiri. Awalnya jika bapaknya bawang putih ada di rumah, ibu tirinya sangat baik sekali kepada si bawang putih, selalu menolong dan bersikap lembut.Â
Lalu lama kelamaan, setiap kali bapaknya bawang putih pergi meninggalkan rumah untuk berdagang, keluarlah sifat asli ibu tiri dan si bawang merah. Mereka berdua mulai berbuat kejam kepada si bawang putih. Mereka berbuat kasar dan menindas si bawang putih, mulai dari memukuli, memarahi, dan selalu memberikannya pekerjaan berat.Â
Semua pekerjaan rumah tangga selalu diberikan kepada si bawang putih dan diperlakukan seperti pembantu. Sifat si bawang merah dan bawang putih pun berbeda. Bawang Putih adalah sosok yang rajin, baik hati, jujur dan rendah hati. Sementara, Bawang Merah memiliki sifat yang malas, sombong, iri hati. Kepribadian Bawang Merah yang malas juga diperburuk karena ibunya yang memanjakannya. Ibunya selalu memberi Bawang Merah apapun yang diinginkannya.
Pada suatu hari, si Bawang Putih sedang mencuci baju di sungai dan tanpa sengaja kain kesayangan ibunya hanyut terbawa arus sungai. Karena ia takut akan dimarahi oleh ibunya, ia lalu tanpa henti mencari kain tersebut hingga akhirnya Bawang Putih sampai di sebuah gua. Di dalam gua itu, bertemulah si bawang putih dengan seorang nenek tua.Â
Ternyata kain yang hanyut itu ditemukan oleh si nenek tua. Si bawang putih mendapatkan tawaran bahwa sebelum ia mendapatkan kembali kainnya itu, ia harus bekerja keras terlebih dahulu membantu si nenek tua. Dijanjikannya juga sebuah hadiah dan kainnya akan dikembalikan jika sudah selesai membantu si nenek.Â
Akhirnya bawang putih menerima tawarannya dan mulai bekerja keras. Setelah selesai mengerjakan pekerjaan yang diberikannya, si nenek tua menepati janjinya. Ia memberikan pilihan hadiah kepada bawang putih berupa labu ukuran besar dan kecil. Si bawang putih yang tidak serakah memilih labu ukuran kecil lalu ia pun berterima kasih kepada si nenek tua dan membawa pulang labu tersebut  Setibanya dirumah, ibu tiri dan bawang merah memarahinya karena bawang putih terlambat lalu membanting labu ukuran kecil itu.Â
Ketika labu itu pecah keluarlah emas perhiasan yang indah dan berkilauan. Ibu tirinya dan Bawang Merah sangat terkejut. Mereka ingin memiliki lebih banyak perhiasan agar bisa menjadi kaya raya dan karena keserakahannya, mereka malah memarahi kenapa Bawang Putih tidak mengambil labu yang besar. Dalam pikiran Bawang Merah dan Ibunya, jika labu yang besar diambil, pasti mereka mendapatkan lebih banyak perhiasan.
Karena keserakahan mereka, Bawang merah akhirnya datang ke gua tempat nenek tua itu tinggal. Namun, tidak seperti Bawang Putih, Bawang Merah menolak membantu nenek tua itu untuk bekerja dan bahkan dengan arogan memerintahkan nenek tua itu untuk memberinya labu yang lebih besar. Nenek tua itu memenuhi permintaan Bawang Merah  dengan memberikan labu yang besar untuknya.Â
Sekembalinya ke rumah, Ibunya pun menyambut Bawang Merah dan labunya segera dihancurkan ke tanah. Isi labu itu bukanlah berisi perhiasan yang indah tetapi berbagai hewan berbisa dan kemudian menyerang si bawang merah dan ibu tirinya hingga meninggal. Lalu emas perhiasan yang indah itu kembali ke bawang putih dan ia sedikit demi sedikit menjual perhiasan tersebut untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Beberapa pesan moral yang dapat dipetik dari cerita rakyat bawang merah dan bawang putih untuk kehidupan sehari-hari adalah:
1. Jika dilihat dari ibu tiri dan bawang merah yang hanya bersikap baik jika hanya ada kehadiran bapaknya, maka hal tersebut merupakan salah satu contoh bermuka dua yang tidak pantas untuk ditiru. Sebaiknya sesama manusia diharapkan untuk hidup saling menghormati, damai, tidak saling menindas, serta tidak iri hati kepada orang lain.
2. Jadi pribadi yang mau bertanggung jawab dan tidak mudah menyerah jika memang melakukan kesalahan. Hal ini seperti si bawang putih yang bersalah karena membuat kain kesayangan ibunya hanyut terbawa arus sungai dan dia tetap mencari kain yang hanyut tersebut sampai ketemu. Lalu ketika bertemu dengan nenek tua, ia tidak mudah menyerah dan tetap mau bekerja keras untuk nenek tua.
3. Jika orang menjalankan hidupnya dengan baik dan tidak mengeluh, pada akhirnya ia akan memetik hal yang baik pula.
4. Jika orang yang kasar dan penuh keserakahan di hatinya, pada akhirnya ia akan mendapatkan hal yang setimpal dengan apa yang telah dilakukannya.
5. Jika orang bersikap rajin maka banyak orang akan menyukainya dan keserakahan tidak akan membuat bahagia, justru bisa saja membawa kesusahan di masa yang akan datang.
6. Di dalam kehidupan, setiap orang dapat mengambil peran hidupnya seperti si bawang putih dan si bawang merah. Antagonis dan protagonis. Pola asuh pun penting jadi jika tidak ingin menjadi seperti si bawang merah ada baiknya juga pengasuhannya itu janganlah selalu memanjakan anak dengan selalu memberi apa yang diinginkannya. Belajarlah dari sisi positif karakter bawang putih.
7. Janganlah jadi pribadi yang arogan, karena terkadang apa yang kamu ekspektasikan tidaklah selalu berjalan dengan apa yang kamu bayangkan. Hal ini seperti bawang merah yang arogan menolak untuk membantu nenek tua serta serakah dengan memilih labu ukuran besar karena membayangkan akan mendapatkan perhiasan yang banyak. Akan tetapi hal yang ia bayangkan tidak berjalan sesuai dengan keinginannya, malahan yang terjadi adalah sebaliknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H