Di sini saya memiliki mental bahwa "lebih cepat, lebih baik". Bahkan, sampai saya mengatur timestamp untuk berapa lama perjalanan kali ini.
Di sini, saya terkesan buru-buru. Tujuan saya fokus untuk mencapai goal yang harus dicapai.Â
Saya berperang dengan diri sendiri, dengan masa muda saya. "Jika motor saya lebih baik kali ini, saya akan menempuh lebih cepat". Nyatanya tidak. Fisik menjadi tembok penghalang utama yang tidak bisa dihindari.
Saya akhirnya menghentikan perjalanan saya di kota Batang. Di sini, saya memutuskan untuk istirahat, ditemani sate yang hangat.Â
Hujan pun mulai turun dengan deras, walaupun hanya singkat. Entah kenapa, semua terasa nikmat. Saya menghabiskan waktu hampir satu setengah jam disini.
Penjualnya pun ramah, menanyakan saya dari mana. Sempat kaget pula karena saya bisa berbahasa Jawa, walaupun saya dari Cirebon.Â
Para supir truk yang juga beristirahat juga sempat bercakap-cakap dengan saya, mengelukan jalanan yang licin saat hujan karena menghambat perjalanannya. Inilah nikmat sebenarnya dari touring. Anda bertemu orang yang anda tidak kenal, lalu mendapatkan cerita baru dari mereka.
Setelah itu, saya sudah tidak memacu kendaraan saya cepat-cepat. Saya menikmati apa yang saya lihat di atas roda pacu ini. Jalanan di kabupaten Batang yang sudah tidak bergelombang, memukaunya Weleri dengan jalan berkeloknya, serta rapi dan bersihnya kota Temanggung dengan alun-alun yang mengagumkan. Saya melihat sebuah peradaban berubah.
Perjalanan dari Cirebon ke Yogyakarta saya tempuh hampir 11 jam lamanya. Ini perjalanan terlama yang pernah saya lalui. Namun sisi baiknya, saya menikmati perjalanan saya. Ya, di sini saya merasa puas melihat dunia.
Layaknya hidup, cobalah untuk beristirahat sejenak dan melihat setiap detil dunia. Berat memang, terutama di usia saya yang mulai beranjak ke dewasa akhir. Namun di satu sisi, jika kita bisa menurunkan kecepatan, kita memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memandang sisi indah dunia.