Dengan persiapan awut-awutan, saya hanya membawa barang seperlunya. Beberapa persiapan lainnya seperti cek kondisi mesin, alat pengamanan tubuh, serta jas hujan untungnya sudah saya miliki. Sekali ini saja, pikirku. Dan setelah itu, saya tidak menyesal sama sekali dengan keputusan tersebut.
Bagian I: Persiapan
Saya masih ingat, pertama kali saya melakukan perjalanan jarak jauh, persiapan saya sangatlah minim. Dengan bermodal kaos oblong ditimpa dengan long-sleeve shirt, sepatu sendal, serta tas jumbo berisikan macam-macam, saya dengan gagah berani siap tancap gas menuju kampung halaman. T
eman saya yang satu perjalanan pun heran dengan saya, "Yakin lu gini doang?"Â
Bagaimana tidak, persiapan saya untuk melakukan perjalanan jarak jauh tidak ada bedanya dengan seorang bapak-bapak yang pergi ke warung untuk membeli satu bungkus rokok.
Saya sadar sekarang, persiapan dalam melakukan touring layaknya Anda mengumpulkan nyawa di awal permainan.Â
Seperti prajurit yang bersiap perang, mereka mengumpulkan senjata serta menempa fisik untuk menghadapi sang musuh. Tujuannya, selain memenangkan pertarungan, juga untuk bertahan hidup. Touring pun seperti itu. Persiapan yang buruk berarti sudah mengurangi satu nyawa dalam diri Anda.
Walaupun terkesan awut-awutan, secara tidak sadar, persiapanku jauh lebih matang untuk touring kali ini.Â
Saya menggunakan leather gloves, jaket denim yang tebal, sepatu kulit slip-on yang antep, serta balaclava yang menutupi seluruh wajah.Â
Tak lupa, yang ditunggangi juga sudah diservis, ganti oli, serta penggantian beberapa komponen CVTÂ serta kampas rem.Â
Alhasil, perjalanan sekarang sangatlah nyaman dibandingkan dengan dulu yang harus minum paracetamol dua tablet serta kulit yang gosong di akhir tujuan.