Mohon tunggu...
Laurensius Dani Rendragraha
Laurensius Dani Rendragraha Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

-

Selanjutnya

Tutup

Film

Perpisahan Menjadi Konsekuensi Perjumpaan - Resensi Film "One Night Stand" (2021)

25 Maret 2024   16:27 Diperbarui: 25 Maret 2024   16:30 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertemuan dengan tetangga masa kecilnya, Rendra (Tegar Satrya), terasa hangat meskipun suasana terasa tegang dengan kehadiran anaknya, Dimas (Elang El Gibran), yang terlihat kesal dan terpuruk. Kehilangan istri Rendra telah meninggalkan bekas luka yang dalam pada Dimas, terutama karena dia menyadari bahwa ibunya masih memiliki perasaan terhadap pria lain. Setelah pemakaman, Baskara menuju ke acara pentingnya kedua, yaitu pernikahan temannya. Ia tidak sendirian pergi ke sana, tetapi meminta Lea untuk pergi menemaninya ke acara pernikahan tersebut. Perjalanan menuju acara tersebut terasa hangat dan beberapa kali mereka bertukar pikiran dalam cerita, keduanya merasakan kenyamanan di antara mereka. 

Karakter bebas, ramah, dan autentik Lea mendorong Baskara untuk mencoba hal-hal baru yang diinginkannya. Sementara Baskara, yang lebih patuh, kaku, takut dan taat pada aturan, merasa terdorong untuk menjadi lebih berani keluar dari zona nyamannya. Pernikahan Ruth dan Edo menjadi kesempatan bagi mereka untuk berkomunikasi dan saling mengenal lebih baik. Melalui perjalanan bersama Lea, Baskara perlahan-lahan mulai menyadari hal-hal yang sebelumnya diragukan dalam hidupnya. Setelah semua acara selesai, keduanya memutuskan untuk mengakhiri hari dengan bermalam bersama. 

Perjumpaan Dua Insan

Film "One Night Stand" tergolong dalam genre drama romantis dengan sentuhan realisme dan komedi ringan yang dapat membuat penonton merasakan keterkaitan antara kehidupannya dengan di film. Film ini mengalir dengan lancar dengan alur maju yang mudah dipahami. Tokoh utama dalam film ini adalah Lea dan Baskara. Karakter Ara dan Lea yang digambarkan dengan kompleksitas dan kedalaman yang menarik, sementara tema cinta, kehilangan, dan pencarian jati diri serta makna hidup diangkat secara halus. Lea digambarkan sebagai wanita mandiri, ambisius, dan perfeksionis, sedangkan Baskara digambarkan sebagai pria kaku, santai, kreatif, dan memiliki passion untuk melukis. Latar belakang Yogyakarta memberikan nuansa yang indah, sedangkan penokohan para aktor dan aktris sangatlah kuat dan dapat dihubungkan dengan kehidupan khalayak. Film ini juga menyampaikan pesan tentang pentingnya menghargai momen dalam kehidupan.

Penokohan dalam film ini cukup kuat dan meyakinkan. Para aktor dan aktris memerankan karakter mereka dengan baik dan mampu membawakan emosi para tokoh dengan natural. Film ini mengajarkan mengenai cinta yang dapat datang kapan saja dan di mana saja. Kita harus berani untuk membuka hati dan menerima cinta ketika cinta itu datang. Sudut pandang yang digunakan dalam film ini adalah sudut pandang orang ketiga. Plot film ini cukup sederhana dan mudah ditebak. 

Film ini memiliki soundtrack yang cukup bagus dan mendukung suasana film. Lagu-lagunya yang mellow dan romantis mampu membangkitkan emosi penonton dan membuat mereka semakin terhanyut dalam cerita. Visual film ini juga cukup indah dan menarik. Film ini banyak mengambil gambar di tempat-tempat indah di Yogyakarta, seperti pantainya dan rumah tradisional jawa yang dicampur dengan modernisasi. Hal ini membuat film ini semakin memanjakan mata para penonton.

Proses editing film ini cukup rapi dan tidak membingungkan. Transisi antar adegan terasa halus dan tidak mengganggu alur cerita. Sang penulis, Adriyanto Dewo, mengungkapkan bahwa ia ingin membuat film yang relatable dengan banyak orang. "Saya selalu menyukai cerita film dengan timeline satu hari, dan saya juga selalu menyukai cerita yang jujur, dari kegelisahan karakternya dengan pendekatan realisme yang mengambil masalah nyata serta kehidupan sehari-hari," ujar Adriyanto Dewo dalam konferensi pers film One Night Stand yang berlangsung virtual, Rabu, 24 November 2021. Ia ingin menunjukkan bahwa cinta dapat datang kapan saja dan di mana saja, dan bahwa kita harus berani untuk membuka hati dan menerima cinta ketika cinta itu datang.

Film "One Night Stand" (2021) memiliki beberapa kelebihan yang patut diacungi jempol. Para pemain dalam film ini, terutama Jourdy Pranata dan Putri Marino, menunjukkan akting yang natural dan meyakinkan. Chemistry antara mereka berdua sangat kuat, sehingga mampu membawa penonton hanyut dalam cerita. Penonton diajak untuk merasakan emosi dan dilema yang dihadapi oleh karakter Ara dan Lea. Selain itu, film ini mengangkat tema romansa dan yang dikemas dengan apik dan menyentuh hati. Ceritanya sederhana, tetapi mudah dipahami dan dapat dikaitkan dengan kehidupan banyak orang. Penonton diajak untuk melihat bagaimana Ara dan Lea keluar dari zona nyaman mereka dan menemukan solusi atas permasalahan mereka. Film ini tidak menyuguhkan art, pengambilan gambar, atau editing yang out of the box. Hal ini justru membuat film ini terasa lebih dekat dengan kehidupan nyata. Penonton diajak untuk merasakan atmosfer Yogyakarta yang indah dan natural. Pemilihan Yogyakarta sebagai lokasi syuting film ini sangat tepat. Jogja memberikan nuansa yang pas untuk film ini dan menghidupkan setiap adegan. Penonton diajak untuk menikmati keindahan alam dan budaya Yogyakarta.

Film ini bukan hanya tentang one night stand, tetapi juga tentang bagaimana para karakternya melepaskan kegelisahan dan menemukan kebahagiaan. Penonton diajak untuk melihat sisi lain dari one night stand dan bagaimana hal tersebut dapat membawa perubahan dalam hidup seseorang. Film ini juga menggunakan teknik pengambilan gambar yang dinamis dan oneshot yang membuat penonton seakan menjadi bagian dari film. Penonton diajak untuk merasakan pengalaman yang lebih pribadi dan mendalam.

Meskipun memiliki banyak kelebihan, film "One Night Stand" (2021) juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan. Beberapa kekurangan tersebut meliputi plot film ini terbilang cukup simpel dan mudah ditebak. Cerita berfokus pada pertemuan singkat antara Ara dan Lea yang membawa perubahan dalam hidup mereka. Alur ceritanya mengalir dengan lancar, namun terkesan kurang greget dan minim konflik yang berarti. Hal ini dapat membuat beberapa penonton merasa kurang puas dan tertantang. Selain itu, durasi film ini hanya 1 jam 21 menit, terbilang cukup singkat untuk mengeksplorasi cerita dan karakter secara lebih mendalam. Beberapa penonton mungkin merasa bahwa film ini terkesan terburu-buru dan kurang memberikan ruang untuk pengembangan karakter yang lebih kompleks. Meskipun film ini mengangkat tema cinta dan pencarian jati diri, namun pesan moral yang ingin disampaikan terkesan kurang jelas. Hal ini dapat membuat beberapa penonton merasa bingung dan tidak mendapatkan pelajaran yang berharga setelah menonton film ini. 

Film "One Night Stand" (2021) menceritakan kisah Ara dan Lea yang bertemu singkat dan membawa perubahan dalam hidup mereka. Film ini dikemas apik dan menyentuh hati dengan akting natural dari para pemainnya. Film ini sangat direkomendasikan ditonton oleh penggemar drama romantis yang menginginkan kisah yang menyentuh dan mudah terhubung dengan kehidupan sehari-hari. Penonton disarankan berusia 17 tahun ke atas karena beberapa adegannya yang tidak cocok untuk anak-anak dibawah umur. Secara keseluruhan film ini menghibur dan menyentuh hati, serta memiliki rating 6.4/10  di website IMDB. Tonton film ini di website Bioskop Online!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun