Mohon tunggu...
Gitskai
Gitskai Mohon Tunggu... -

suka cerita apa saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jek

10 April 2010   13:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:52 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku merinding. Jek ngapain? Apa dia yang menggebuki orang itu? Apa orang yang digebuki itu mati? Kapan perkelahian ini berhenti? Tiba-tiba  ada suara lain lagi.

"Ada Polisi!"

Kerumunan tertib itu langsung panik. Sekonyong-konyong memang ada suara sirine polisi. Aku segera berjalan menjauhi kerumunan menuju arah rumah sambil beberapa kali menengok kembali ke arah kerumunan itu. Di tengah kekacauan itu, aku sekilas melihat Jek masih memegangi kerah baju si copet dan walau sesaat aku yakin, entah bagaimana caranya, bahwa kami sempat saling tatap. Rasanya masih dingin.

Setelah kejadian itu aku tidak pernah lagi melihat Jek. Sesekali di terminal aku kadang melihat wanita hamil yang bersama Jek waktu itu. Kadang dia bergandengan dengan orang lain, kadang sendiri. Oiya, anaknya sudah lahir. Sore ini aku melihat wanita itu dan anaknya duduk di warung terminal. Aku sengaja mampir hanya untuk melihat wajah anak itu. Dan berhasil. AKu berhasil menatap mata anak itu. Rasanya dingin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun