Mohon tunggu...
Gitskai
Gitskai Mohon Tunggu... -

suka cerita apa saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hitungan Mundur Ayi

20 April 2010   17:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:41 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayi menghitung hari. Ini sudah hari ke empat puluh lima,  Ayi seharusnya sudah datang bulan.

Ayi menghitung mundur. Empat belas hari yang lalu, Aji bercinta dengan Ayi.

Ayi meregangkan tangannya. Lima puluh hari yang lalu, Aji mencium Ayi.

Ayi memejamkan mata. Enam puluh hari yang lalu, Aji pacaran dengan Ayi.

Ayi bangkit dan berkaca. Tujuh puluh lima hari yang lalu, Ayi naksir berat sama Aji.

Ayi  mencuci muka. Seratus sembilan hari yang lalu, Ayi berkenalan dengan Aji.

Ayi menggosok gigi. Seratus dua puluh tiga hari yang lalu, Ayi putus dengan Wawan.

Ayi salin baju. Dua ratus empat puluh lima hari yang lalu, Ayi perdarahan hebat.

Ayi mengusapkan krim malam. Dua ratus empat puluh enam hari yang lalu, Ayi minum obat peluruh yang diberikan Wawan.

Ayi menyisir rambutnya. Dua ratus empat puluh sembilan hari yang lalu, Ayi positif hamil.

Ayi duduk di atas tempat tidur. Dua ratus sembilan puluh tiga hari yang lalu, hari terakhir Ayi masih perawan.

Ayi masuk ke dapam selimut. Tiga ratus tiga belas hari yang lalu, Ayi Menerima Wawan sebagai pacarnya.

Lalu Ayi jatuh tertidur.

Lalu Ayi bermimpi

Kembali ke tiga ratus tiga belas hari yang lalu, Ayi menendang penis Wawan sampai biru.

Kembali ke masa kini, Ayi masih perawan.

......

Ayi mimpi indah. Ayi tersenyum dalam tidurnya.

______________________

Tokoh Ayi ini ada di cerpen "Cerita Ayi" dan "Kebencian Mak"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun