***
Esoknya ketika aku bangun dia memberikan aku satu kantong plastik berisi baju-baju yang bagiku sangat kampungan."Kamu bisa disikat orang kalau pake baju kayak gitu." Dia menunjuk belahan bajuku yang aga rendah. Dia juga memberiku nasi bungkus dan air mineral. Dia bilang air lagi mati sehingga tidak bisa ke kamar mandi. Tapi katanya bisa pakai kamar mandi terminal.
Selesai makan dan ganti baju, dia mengajakku jalan ke terminal. Dia mengenalkan aku ke Mak. Mak punya warung di terminal. Bukan warung juga sebenarnya. Hanya sebuah bakul berisi kue-kue dan sebuah termos lengkap dengan gelas plastik dan beberapa kopi saset.
"Siapa ini Jek?"
"Pokoknya kalo Mak kumat sakitnya, cari dia aja. Biar dia yang bantu jualannya Mak."
Aku diam. Tidak mengiyakan. Tidak menolak juga. Dan aku tahu Mak tidak suka denganku. Bisa kurasakan dari tatapannya. Dan pria ceking ini bernama Jek rupanya. Jek lalu pamit narik. Aku ditinggal bersama Mak. Mak menyuruhku makan
Awalnya aku hanya melihat Mak saja, aku tidak tertarik sama sekali membantu. Tapi dia kemudian mulai berani menyuruhku, dan bahkan membentakku untuk mengambil ini itu. Aku diam saja. Meyakinkan diriku bahwa ini jauh lebih baik daripada harus pulang ke rumah.
Malam menjelang lagi dan Mak memberitahu aku beberapa orang penting di terminal ini. Aku hanya menganggapi dengan lalu karena tidak tertarik untuk tahu. Mak lalu bilang, "Kamu jangan anggap remeh orang terminal ya. Mak tahu kamu bukan orang sini dan Mak ga suka sama kamu. Tapi karena Jek yang bawa kamu ke sini, Mak mau baik-baikin kamu ya. Dan bukan cuma Mak, semua orang terminal juga akan baik ke kamu. Biar kami orang terminal juga kalo udah keluarga bakal dijagain." Aku merinding, tapi hanya bisa diam menunduk sambil berusaha mencerna apa maksudnya.
Tak lama Jek datang menjemputku. Kami pulang dan dia menunjukan aku kamar mandi dekat kontrakannya yang bisa dipakai. Untuk pertama kali aku mandi setelah meninggalkan rumah dua hari lalu. Aku mandi bersama seekor cicak dan kecoa di ujung pintu. Airnya dingin, dan dasar baknya bercacing. Kamar mandinya bau kencing. Aku muntah akhirnya, karena tidak tahan dengan bau pesing.
Jek tidur disampingku malam itu. Lalu dia memeluk badanku. Aku diam. Lalu dia meraba. Aku diam. Lalu dia meremas. Aku diam. Lalu dia mencium. Aku diam. Lalu dia mematikan lampu. Aku masih diam.
Setelah keheningan panjang yang melelahkan itu, Jek bertanya kepadaku.