Mohon tunggu...
Laurencia Eprina Dian
Laurencia Eprina Dian Mohon Tunggu... Penulis - Manusia biasa yang senang belajar hal baru

Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Yowis Ben, Film Drama Komedi dengan Kearifan Lokal

24 November 2020   23:17 Diperbarui: 24 November 2020   23:22 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: tangkapan layar pribadi

Ranah perfilman Indonesia mulai bergairah dengan diramaikannya para komika yang mencoba peruntungan membuat sebuah film. Ide-ide segar kembali mengalir dan banyak pembaharuan terjadi.

Tak banyak yang mengangkat bahasa daerah menjadi sebuah karya film nan apik di Indonesia. Namun Youtuber asal Malang, Bayu Skak berani berinovasi untuk menggarap film dengan dialek daerah yaitu Bahasa Jawa Timur.

Sebagai co-sutradara, Bayu menggarap filmnya yang 90% menggunakan Bahasa Jawa Timur dengan sang sutradara Fajar Nugros. Karya film ini menjadi salah satu bentuk kecintaan Bayu terhadap Bahasa Jawa. Suguhan baru film berbalut drama komedi dengan dialog "Jawa Timuran" menjadi besutan Bayu Skak untuk menarik antusiasme penonton.

Bagaimana tidak? Dialog bahasa daerah ditampilkan begitu menggelitik kadang kala dengan menebalkan sisi emosi para pemain. Penonton dibuatnya tertawa karena tingkah kocak sejumlah tokoh. Agar penonton bisa memahami ucapan tokoh dan bahasa lokal Jawa Timur, pihak produser film juga mencantumkan terjemahannya.

source: Pegipegi.com
source: Pegipegi.com

Komodifikasi Mosco

Pada kesempatan ini saya akan mengupas film Yowis Ben (2018) dengan menggunakan konsep komodifikasi dari Vincent Mosco.

Komodifikasi menurut Mosco dalam (Syafuddin dan Andreas, 2018, h. 247) merupakan proses transformasi nilai guna menjadi nilai tukar. Komodifikasi sering kali dilakukan oleh para kapitalis untuk mencari keuntungan lebih dengan memanfaatkan produk mereka.

Dalam konsep ini, komunikasi merupakan arena potensial sebagai tempat terjadinya komodifikasi. Hal ini dikarenakan komunikasi merupakan komoditas yang berpengaruh. Bukan hanya dalam hal peningkatan nilai atau value saja, tetapi juga karena pesan yang disampaikan mengandung simbol dan ideologi yang bisa dimanfaatkan untuk mempertajam kesadaran penerima pesan.

Lokasi shooting yang dipilih tim produksi film pun rasa-rasanya sangat pas. Menyorot tempat-tempat wisata di Kota Malang seperti Kampung Warna-warni Jodipan, Kampung Tridi, Alun-Alun Merdeka Malang, dan Museum Angkut yang ternyata mampu mendongkrak wisata tanah air.

source: tangkapan layar pribadi
source: tangkapan layar pribadi

Film Yowis Ben berusaha menyuguhkan perjalanan Bayu dengan teman-temannya Doni, Yayan, dan Nando menjadi orang populer di sekolah. Mereka mendirikan sebuah band, mengarang lagu, dan manggung ke sana kemari demi mewujudkan mimpi mereka.

Menabung hari demi hari supaya bisa membeli kamera, berjualan pecel di sekolah, dan berlatih supaya bisa menampilkan yang terbaik di atas panggung. Tak hanya itu, Bayu juga punya maksud lain yakni menarik perhatian Susan supaya bisa menjadi kekasihnya.

source: tangkapan layar pribadi
source: tangkapan layar pribadi

Seluruh adegan film dikemas dengan menarik dan menggelitik perut. Bahasa Jawa Timur digunakan hampir dari awal hingga akhir film. Terkadang kata-kata yang dipilihpun sengaja menohok dengan cara misuh (berkata kasar dalam Bahasa Jawa). Walaupun tidak semua pemain fasih dalam berbahasa Jawa, mereka tetap totalitas dalam memainkan perannya.

Tak hanya itu, film Yowis Ben juga menampilkan lagu-lagu karangan Bayu dan teman-teman dengan berbagai macam tema. Mulai dari pertemanan, percintaan, pendidikan, sampai makanan.

source: tangkapan layar pribadi
source: tangkapan layar pribadi

Aransemen sederhana dengan suara unik Bayu dan Doni, ternyata membuat lagu-lagu tersebut dengan mudahnya terngiang di benak pendengarnya. Lagi-lagi Bayu Skak menggunakan Bahasa Jawa dalam setiap larik lagunya. Gaya santai dan mudah dipahami membuat makna setiap syair lagunya bisa dipahami dengan mudah.

source: tangkapan layar pribadi
source: tangkapan layar pribadi

Perjuangan Bayu dan teman-teman mengikuti lomba serta manggung ke sana kemari menjadi inti cerita dalam film Yowis Ben. Sulitnya mendapat apresiasi dari lingkungan sekitar dan ketatnya persaingan membuat mereka tetap optimis bisa sukses.

Narasi yang coba untuk disampaikan kepada penonton inilah yang dikomodifikasi sehingga dijual sebagai sebuah produk film dengan kearifan lokal. Film Yowis Ben mengangkat nilai-nilai untuk mencintai budaya di Indonesia dengan melestarikan penggunaan bahasa daerah.

Penggunaan bahasa daerah Jawa Timur, lokasi shooting film, dan perjuangan Yowis Ben menjadi sebuah grup musik yang sukses merupakan alur komodifikasi yang ingin dijual oleh tim produksi film.

Film Yowis Ben berhasil meraih angka 935 ribu penonton dan berada di urutan ke 15 box office Indonesia tahun 2018. Pencapaian tersebut menjadi keuntungan bagi tim produksi film karena melalui konsep barunya yang menggunakan dialek Bahasa Jawa Timuran.

source: imbayunugroho.wordpress.com
source: imbayunugroho.wordpress.com

Pesan-pesan yang dibuat tidak lagi berdasar pada nilai guna melainkan berubah menjadi nilai tukar. Adanya teknologi yang semakin maju, pesan dapat diubah sedemikian rupa untuk menarik perhatian para penonton. Banyaknya jumlah penonton yang tertarik akan membuat keuntungan semakin meningkat.

Bagi Anda yang butuh hiburan sekaligus bisa belajar bahasa daerah Jawa Timur, Yowis Ben cocok untuk masuk list film yang harus kamu tonton!

DAFTAR PUSTAKA

Syafuddin, K., & Andreas, R. (2018). Komodifikasi Nasionalisme Dalam Iklan Sirup. Proceeding of The URECOL, 245-258.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun