Film Yowis Ben berusaha menyuguhkan perjalanan Bayu dengan teman-temannya Doni, Yayan, dan Nando menjadi orang populer di sekolah. Mereka mendirikan sebuah band, mengarang lagu, dan manggung ke sana kemari demi mewujudkan mimpi mereka.
Menabung hari demi hari supaya bisa membeli kamera, berjualan pecel di sekolah, dan berlatih supaya bisa menampilkan yang terbaik di atas panggung. Tak hanya itu, Bayu juga punya maksud lain yakni menarik perhatian Susan supaya bisa menjadi kekasihnya.
Seluruh adegan film dikemas dengan menarik dan menggelitik perut. Bahasa Jawa Timur digunakan hampir dari awal hingga akhir film. Terkadang kata-kata yang dipilihpun sengaja menohok dengan cara misuh (berkata kasar dalam Bahasa Jawa). Walaupun tidak semua pemain fasih dalam berbahasa Jawa, mereka tetap totalitas dalam memainkan perannya.
Tak hanya itu, film Yowis Ben juga menampilkan lagu-lagu karangan Bayu dan teman-teman dengan berbagai macam tema. Mulai dari pertemanan, percintaan, pendidikan, sampai makanan.
Aransemen sederhana dengan suara unik Bayu dan Doni, ternyata membuat lagu-lagu tersebut dengan mudahnya terngiang di benak pendengarnya. Lagi-lagi Bayu Skak menggunakan Bahasa Jawa dalam setiap larik lagunya. Gaya santai dan mudah dipahami membuat makna setiap syair lagunya bisa dipahami dengan mudah.
Perjuangan Bayu dan teman-teman mengikuti lomba serta manggung ke sana kemari menjadi inti cerita dalam film Yowis Ben. Sulitnya mendapat apresiasi dari lingkungan sekitar dan ketatnya persaingan membuat mereka tetap optimis bisa sukses.
Narasi yang coba untuk disampaikan kepada penonton inilah yang dikomodifikasi sehingga dijual sebagai sebuah produk film dengan kearifan lokal. Film Yowis Ben mengangkat nilai-nilai untuk mencintai budaya di Indonesia dengan melestarikan penggunaan bahasa daerah.