Lika-liku Perjuangan Feminisme Kartini
Dalam film Kartini mengandung gerakan feminisme liberal. Feminisme liberal menekankan pada pijakan bagi perempuan untuk memperoleh kedudukan yang setara dengan laki-laki dalam hal kesempatan dan hak.Â
Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya perempuan juga memilki kemampuan untuk berpikir secara cerdas supaya bisa meraih posisi sederajat dengan laki-laki (Azis, 2007, h. 58).
Feminisme liberal terlihat ketika Kartini sungguh berusaha untuk bisa melanjutkan pendidikan di negeri Belanda. Ia ingin mewujudkan mimpinya supaya bisa mendirikan sekolah bagi kaum perempuan dan tidak lagi ditindas oleh kaum laki-laki. Karena sebenarnya laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama.
Ayahanda Kartini telah menyetujui niat Kartini melanjutkan pendidikan di Belanda. Namun ibu, kakak, Yu Ngasirah, dan saudaranya tidak mengizinkan karena menurut mereka wanita tak perlu menempuh pendidikan yang tinggi.Â
Adegan ini menunjukkan bahwa pada saat itu, perempuan tidak memperoleh kebebasan untuk mengenyam pendidikan dan hanya dijadikan "konco wingking" yang membuat jiwa dan raga mereka semakin terpenjara.
Perempuan Jawa pada abad 19 bisa dilihat sebagai kaum yang terbelenggu oleh budaya patriarkal. Belengu tersebut terlihat dari karakter tokoh dan adegan yang diperankan oleh kakak tiri laki-laki Kartini yang memohon pada ayahnya untuk mengontrol perilaku Kartini agar tak menyalahi kodrat tradisi.
Kartini muncul sebagai sosok perempuan yang pemberani dan tegas. Perilaku yang ditunjukkan oleh Kartini seperti memanjat, mengajar, dan diam-diam pergi ke luar Keraton memperlihatkan sebuah perlawanan terhadap budaya Jawa yang sudah mapan kala itu.Â