Mohon tunggu...
Laurencia Eprina Dian
Laurencia Eprina Dian Mohon Tunggu... Penulis - Manusia biasa yang senang belajar hal baru

Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Angkat Isu Pendidikan Berbalut Komedi, Film Stip dan Pensil (2017) Cocok Jadi Tontonan di Masa Pandemi

23 September 2020   21:05 Diperbarui: 23 September 2020   21:12 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya semua itu hanya tulisan saja, tetapi lambat laun setelah mereka terjun langsung melihat keadaan anak-anak yang tidak bisa sekolah, mereka hendak mendirikan sekolah darurat gratis di kawasan kumuh tersebut.

Isu yang diangkat melalui film Stip dan Pensil merupakan salah satu kritik sosial karena mengangkat isu tentang kesenjangan sosial terutama di bidang pendidikan. 

Bagaimana tidak? Kamu juga pasti tahu, bahwa beberapa daerah di Indonesia yang jauh dari perkotaan tidak semuanya memiliki akses pendidikan yang layak. Padahal, pendidikan merupakan salah satu pondasi bagi generasi muda untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik, bukan?

Kali ini saya mencoba untuk mengupas pesan film Stip dan Pensil dengan menggunakan paradigma kritis. Paradigma ini berfokus pada suatu perubahan dan konflik yang berorientasi pada tindakan. Melihat fenomena tersebut, Toni, Aghi, Bubu, dan Raras tergerak untuk melakukan perubahan dengan mendirikan sekolah darurat bagi anak jalanan.

Mendirikan sekolah darurat menjadi misi mereka untuk mengupayakan perubahan yang lebih positif bagi anak jalanan supaya mereka mampu membaca dan menulis. Namun ternyata semua itu tidak mudah. Toni, Aghi, Bubu, dan Raras harus berkorban tenaga, biaya, dan waktunya untuk mewujudkan itu semua.

source: beritagar.id
source: beritagar.id

Bahkan tak jarang, anak jalanan yang sudah terbiasa mencari uang dengan mengamen pun tidak ingin sekolah. Orang tua mereka juga tidak setuju, karena yang terpenting saat itu adalah mendapatkan uang. Sekolah dirasa sudah tidak penting bagi mereka.

Berbagai cara sudah dilakukan, namun hanya satu anak bernama Arif yang punya semangat untuk belajar. Ke-empat sahabat itu berusaha keras untuk mendidik Arif menjadi anak yang baik dan pintar.

Seiring berjalannya waktu, anak-anak jalanan terlebih Ucok sadar bahwa sekolah itu penting. Hal itu disadarkan ketika mereka kejar-kejaran dengan satpol PP dan mengharuskan mereka untuk membaca demi bisa bersembunyi.

source: bookmyshow Indonesia
source: bookmyshow Indonesia

Berbagai konflik dan perjalanan menjadi pelengkap film Stip dan Pensil. Warga di kawasan kumuh telah dipindahkan di rumah susun yang lebih layak untuk ditinggali. Di tempat itu pula, tempat belajar baca tulis didirikan bagi anak jalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun