Mohon tunggu...
Laurentia Wahyuni
Laurentia Wahyuni Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang pekerja yg ingin belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Produk Budaya yang Menjadi Momok di Indonesia

23 Desember 2016   07:11 Diperbarui: 23 Desember 2016   07:53 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari kebelakang ini ada fenomena lucu yang terjadi di Indonesia. Alergi sama segala sesuatu atribut natal. Setengah ingin ketawa menertawakan kekonyolan itu dan setengah miris menyaksikan betapa intoleransi semakin menjadi di negara ini. Kenapa saya ingin ketawa ? Karena atribut-atribut yg mereka ributkan itu bukan produk kekristenan, entah itu topi santa, pohon natal, patung rusa. Itu semua cuma hiasan yg didasarkan pada dongeng anak-anak menjelang natal. Lucu sekali kalau hiasan yg berasal dari dongeng bisa menakut-nakuti sekelompok org yg katanya cerdas, berpendidikan dll. 

Buat saya sebagai pemeluk katolik, jelas kedudukan atribut-atribut itu cuma hiasan, sama seperti hiasan berbentuk ketupat saat lebaran. Kenapa pakai atribut-atribut itu? Karena notabene agama katolik dan kristen yg masuk kesini dibawa oleh orang-orang barat yg kental dengan atribut-atribut tradisi mereka. Kita ga nyembah tuh pohon natal, topi santa dan sebagainya. Suka iya..karena emang cantik, bukankah normal tiap manusia suka dengan keindahan? Apalagi kalau keindahan berupa pohon natal dan kawan-kawannya itu memberikan kebahagian bagi anak-anak kami? 

Terus perkara atribut-atribut itu dipaksakan dipakai oleh pegawai Muslim oleh pengusaha-pengusaha nonmuslim? Setahu saya sejak puluhan tahun lalu ga ada pengusaha yg memaksa begitu. Paling klo natalan disuruh hias pakai atribut natal dan kalo lebaran ya pakai atribut lebaran. Cuma masalah komersialisme. Dan berpuluh tahun ga ada yg ribut merasa dizolimi krn paksaan itu. Ya baru akhir - akhir tahun ini saja. Kalau yg Muslim merasa keberatan memakai atribut natal diakan bisa ga pakai? Tapi kafe2nya dan tempat kerjanya bolehkan tetep masang atribut-atribut itu?  apalagi sekarang juga dihimbau ga boleh maksakan utk pegawainya makai atau ga? ngapain gruduk pakai sweping segala?

Bangsa ini sudah menghabiskan waktu dan energi TERLALU banyak utk ngurusi hal-hal yg ga penting!!! Daripada Polisi disuruh ndampingi aksi-aksi begini mending disuruh urus kasus yg lain. Tuh patung wayang yg dibakar di Purwakarta tempo hari gimana kabarnya? Patung yang memperindah kota aja dibakar, apa patung DITAKUTI juga? Kalau menurut anda yg ga suka patung itu GAK PANTES, lha apa kota itu punya anda doang? Gimana dengan yg suka dengan keindahan patung-patung itu? Gimana dgn pemeluk Hindu di kota itu? Kalau ga suka sama patung itu pura-pura aja ga liat. Daripada anarkis seenak sendiri dan merasa bener sendiri. Emang ngerusak penuh kebencian kaya gitu bisa nentremin hati anda? Waduh klo ya kayanya anda-anda termasuk hebat krn bisa merasa tentram hidup dalam kebencian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun