Mohon tunggu...
Laurensia  Dewi
Laurensia Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Bachelor Degree of Comunication Science

writting and travelling? i don't know which one i love the most

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Hargai Pekerja Cafe, Sebuah Cerita dari Sudut Pandang Seorang Server

9 Desember 2018   14:00 Diperbarui: 9 Desember 2018   14:09 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: https://quickbooks.intuit.com

"Costumer adalah Raja", "Costumer adalah Yang Maha Benar", Apakah benar begitu?. Terkadang pemikiran dan sikap "Wah, saya kan sudah bayar mahal ya pantaslah buat disuruh ini itu" membuat saya mengelus dada. Sikap manja dan merasa "lebih berkuasa" sungguh sangat menyebalkan. Meskipun seseorang sudah membayar nominal tertentu untuk mendapatkan barang dan jasa, tentu tetap ada etika dan norma yang berlaku. 

Kami sebagai pekerja juga berusaha semaksimal mungkin untuk melayani para customer dengan ramah dan profesional. Tapi yang kerap kali saya alami adalah perasaan "direndahkan" baik secara sengaja maupun tidak disengaja. "Mba tolong mejanya dibersihkan", padahal hanya beberapa kubangan kecil air di atas meja. 

Apakah sebuah hal yang sulit untuk mengambil tisu kemudian mengelap sendiri?. "Mba, boleh minta sendok garpunya lagi", tidak beberapa lama kemudian "Mba, tolong ambilin tisu", lagi "Mba, boleh pinjam kabel rol?" kenapa mintanya tidak sekalian saja? Saya bekerja bukan hanya melayani Anda seorang.

Cerita lain pada saat mendapatkan shift malam sekaligus closing (pukul 24.00), setengah jam sebelumnya kami para server sudah menginformasikan bahwa coffee shop kami akan closing pukul 24.00 (sudah clear area), tapi kemudian pada suatu saat pukul 24.15 segerombolan anak muda belum beranjak sementara sudah diingatkan kembali bahwa kami sudah close, lalu salah satu dari mereka dengan santainya menjawab "Satu batang (rokok) lagi ya Mba". Sungguh kesal rasanya pada saat itu. 

Apakah kami dibayar hanya untuk menunggu Anda sebat? Kami punya hak untuk pergi karena jam kerja kami juga sudah habis tepat pukul 24.00, namun kemudian rasa tanggung jawab menahan kami disana. Tidakkah kalian berpikir kami para perempuan harus pulang ke rumah masing-masing lebih larut dan itu berbahaya? Seenteng itukah kalian menggangap kami tidak memiliki aktivitas lain selain bekerja? Mayoritas dari kami masih mahasiswa/i aktif dengan segudang tugas yang harus dikerjakan. 

Pada akhirnya, mereka pulang kurang lebih pukul 24.25 dengan meninggalkan puntung rokok dan sampah bekas minuman yang berserakan begitu banyak. Alhasil, kami baru kembali ke rumah setengah jam lebih dari yang seharusnya.

Bukan bermaksud menggurui dan mencari enaknya sendiri, semata-mata meminta Anda (selaku customer) untuk melayani diri sendiri sementara kami (para server) gabut tidak ngapa-ngapain, bukan begitu! Saya hanya berusaha untuk membuka kepekaan orang di luar sana yang mungkin masih melakukan tindakan "tidak dewasa" seperti di atas. 

Bukan pekerjaan berat untuk menata kembali sisa tempat makan/minum Anda di meja dengan teratur, hargailah kami selaku pekerja dengan menaati peraturan yang berlaku. Tidak ada satu orang pun yang ingin direndahkan, bila berkomentar "Sudah jadi konsekuensi bekerja ya seperti itu", maka saya bisa berargumen cobalah sesekali menjadi seperti kami dan rasakan sensasinya. 

Ada satu lagi, bagi saya sungguh tidak sopan apabila kami dilibatkan dalam permainan dan taruhan kalian. Beberapa kali saya diminta 'paksa' foto selfie berdua terutama lawan jenis karena orang tersebut kalah taruhan. Bagaimana menurut Anda?

Notes: Saya tidak men-generalisir semua costumer bersikap buruk, ada banyak customer di luar sana yang sudah sangat menghargai kami dan saya sangat berterima kasih. Saya hanya sebatas sharing pengalaman saya sebagai seorang server di sebuah coffee shop selama lebih dari 1.5 tahun. Terimakasih sudah meluangkan untuk membaca :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun