Mohon tunggu...
Laura Loveliness
Laura Loveliness Mohon Tunggu... -

Kata-kata yang indah tidak selalu benar. Kata-kata yang benar tidak selalu indah. Orang tidak akan bisa mengubah kebenaran, tapi kebenaran bisa selalu mengubah kehidupan seseorang. ~Confucius~

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pengalaman Unik dengan Barang-Barang Pindahan Rumah di Negara Jerman

16 September 2012   15:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:22 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barang-barang keluarga yang terkumpul sejak bertahun-tahun ternyata seabreg! Sehari-hari kami tidak melihatnya dan tidak menyadarinya, karena semua barang-barang itu tersimpan di ruangan „Keller“ (= yaitu ruangan di bawah tanah yang berfungsi sebagai gudang tempat menyimpan barang-barang yang tidak segera digunakan, menyimpan makanan dan barang lainnya yang tidak digunakan sehari-hari).

Proses mengatur pindahan rumah ini ternyata bikin pusing tujuh keliling dan pengosongan rumah hingga berminggu-minggu belum selesai juga! Stress dalam mengatur barang-barang yang tidak perlu lagi ini mau dikemanakan?? Terlalu banyak pernak pernik yang tersimpan di „Keller“ maupun yang masih ada di dalam lemari kepunyaan anak-anak. Semua barang-barang ini tidak kami perlukan lagi, anak-anakpun tidak membutuhkannya lagi. Maka harus ditinggalkan! Tapi ditinggalkan dimana?

Di sini orang tidak boleh sembarang membuang barang-barang begitu saja dalam skala besar. Apalagi yang akan dibuang adalah barang yang besar, misalnya kursi, meja, kipas angin, perabotan makan dan barang lainnya yang semuanya ternyata masih layak pakai.

Sedangkan barang-barang butut ya kami buang saja. Namun kami harus menunggu dan menyesuaikan waktu dengan jadwal dari Kotapraja yang khusus mengelola pengangkutan barang-barang yang dibuang oleh warganya. Biasanya barang-barang yang dibuang adalah barang rusak, misalnya sofa butut, lemari bongkar pasang yang sudah usang, meja yang ujungnya telah somplak, meja setrika yang sudah reyot, kursi butut, mesin masak kopi yang rusak, kasur usang, monitor, meja TV, dan lain-lain. Semua barang itu memang layak dibuang. Semua barang-barang rusak rongsokan itu harus diletakkan di depan rumah atau di suatu tempat dekat-dekat rumah yang agak lapang supaya terlihat oleh petugas yang akan mengangkut barang-barang „kaputt“ (=rusak) itu dengan menggunakan mobil truk khusus.

Tetapi bila barang yang akan dibuang itu masih sangat layak pakai, kita dapat memilih waktunya agak dini sebelum keburu petugas angkut datang, dan menumpuknya di depan rumah di tepi jalanan, dengan harapan sebelum barang itu diangkut oleh mobil dinas Kotapraja, kemungkinan ada orang yang lewat, melihatnya dan tertarik untuk mengambil barang-barang itu. Bersyukur sekali dan kita senang juga bila barang-barang yang masih layak itu, diambil orang tandanya masih bisa berguna untuk orang lain. Tetapi bila tidak ada yang tertarik mengambilnya, apa boleh buat … kita harus merelakan barang itu dibuang! Hiks .. !!

Container tempat buang sampah yang dibeda-bedakan jenis buangannya, salah satunya yaitu container yang khusus untuk buang sampah kering misalnya buangan yang jenis bahan dasarnya dari kertas, kain dan kayu dijadikan satu dalam satu container. Misalnya karton bekas kemasan paket, buku-buku, kayu mainan, handuk, hordeng, serbet dan lain-lain, itu container sudah penuh oleh barang-barang buangan kami. Kami harus menunggu lagi, hingga keesokan hari ketika container itu sudah kosong, maka kami akan bergegas lagi mengisi dengan buangan-buangan berikutnya! Uh, cukup melelahkan kerjaan buang-buangin barang, capek banget!

Bagaimana dengan barang-barang yang masih sangat layak pakai?
Dibuangkah ?

Oh, tentu tidak donk! Sayang sekali bila dibuang begitu saja! Pembersihan mulai merayap perlahan menuju „Keller“. Disana menumpuk baju bekas anak-anak yang masih tersimpan dengan apik di dalam karton besar. Semuanya masih dalam kondisi layak pakai. Walau sudah bertahun-tahun sejak anak-anak masih kecil berumur 3 tahun, ada yang turun temurun diwariskan kepada adiknya, tetapi ada juga baju yang baru dipakai beberapa kali. Ya rata-rata semua baju masih sangat bagus. Jumlahnya ada 8 karton besar. Kemudian bermacam-macam boneka anak-anak dikumpulkan semua ada 3 karung plastik besar. Mainan anak-anak kecil, dari plastik, dari kayu, dikumpulkan ada 2 kantong plastik besar. Anak-anak tidak rela bila barang-barang kenangan mereka itu dibuang begitu saja!

Lalu bagaimana?

Saya tawarkan ibu-ibu orang Jerman, tetapi mereka tidak mau menerima barang-barang bekas! Namun bila dikasih satu mainan ternyata orang itu mau menerimanya, tetapi bila diberi berkarung-karung, orang itu menolak karena tidak ada tempat untuk menyimpannya! Itulah problem kebanyakan orang disini, yaitu tidak ada tempat, ruangan disini sangat mahal dan terbatas! Begitu alasannya!

Teman orang Indonesia juga saya tawarkan, tetapi tidak semuanya tertarik. Ada yang langsung bilang mau, tetapi saya harus mengirimkannya dengan pos paket karena dia berada di luar kota. Namun saya tidak mampu mengirimkan terlalu banyak, karena beaya pos paket cukup mahal. Selain itu ada juga yang mau pilih-pilih dulu. Ah orang“sompot“ itu (=sombong dan repot), mau dikasih tidak bayar tetapi masih mau pilih-pilih, bikin repot kami malahan! Lah kami kan tidak menawarkan barang rongsokan Bu, semua barang kami ini masih layak pakai dan masih bagus, bahkan ada yang masih baru, masih dalam kemasan yang belum sempat dibuka! Namun kami tidak membutuhkannya lagi.

Kami tidak mau berlama-lama kehilangan waktu. Karena dia tidak dapat segera memberi jawaban mau ya mau, tidak mau, ya tidak mau, ah repot nih si ibu, daripada saya harus menunggu jawaban yang tak kunjung jelas, akhirnya saya tawarkan kepada siapa saja orang yang saya kenal.

Pucuk dicinta, ulam tiba!

Kebetulan ada kenalan saya seorang ibu dari Brasilia. Dia akan berlibur ke Brasilia mengunjungi keluarganya. Dia menyambut tawaran saya dengan sangat senang sekali. Percakapan di telpon selesai, tidak lama kemudian si ibu Brasilia ini sudah muncul di depan rumah kami dengan suaminya. Suaminya yang membawa mobil, siap menolong untuk mengangkut kardus-kardus berisi baju dan kantung-kantung berisi boneka dan mainan anak-anak. Malam-malam itu kami sibuk semua, barang-barang di ambil. Mereka masih harus bolak balik sampai 3 kali baru tuntas pengangkutannya selesai. Si Ibu Brasilia yang selalu ramah dan bicara seadanya itu, berterima kasih berkali-kali karena barang-barang itu ibaratnya hadiah yang tidak terduga yang dapat dia bagi-bagikan untuk sanak saudara dan handai taulan nya di kampung di Brasilia sana, yang masih hidup dalam kemiskinan.

Saya dan anak-anak turut merasa senang sekali, karena akhirnya barang-barang milik kami itu semuanya menjadi bermanfaat untuk orang lain yang memerlukannya. Sungguh menjadi suatu berkat buat kami dan ibu Brasilia itu, ternyata berkat selalu datang dari mana-mana, dari orang-orang baik disekeliling dimana kita hidup.

Salam Loveliness
Hessen, 16 September 2012

**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun