Beberapa hari ini, sosok “Mukidi” menjadi viral di berbagai media sosial dan jenis aplikasi pesan instan. Fenomena Mukidi bukan hanya sekedar guyonan, dalam beberapa kisahnya Mukidi juga digunakan sebagai personifikasi atau pengumpamaan untuk mengkritisi hal-hal yang sedang terjadi di masyarakat.
Meski tak ada yang tahu siapa kreator di balik trending topic ini, Mukidi banyak digunakan untuk mewakili sosok yang ingin dibicarakan tanpa harus menyinggung langsung orang yang bersangkutan. Misalnya:
Tapi, kalau elite atau pejabat negara ikut-ikutan latah menyebarkan humor Mukidi baik untuk sekedar lucu-lucuan atau numpang tren semata, apa yang sesungguhnya sedang terjadi pada bangsa ini? Dan segimana lucunya sih humor Mukidi itu?
Nah, ini salah satu cuplikan humor Mukidi yang menjadi viral itu:
Jaya adalah tetangga Mukidi, tapi mereka tak pernah rukun.
Mukidi merasa Jaya adalah saingannya. Jika Jaya beli sepeda baru, Mukidi pun tidak mau kalah. Mukidi membeli sepeda baru juga. Ketika menjelang Lebaran, rumah Jaya dicat merah. Besoknya, Mukidi pun mengecat rumahnya dengan warna merah juga.
Karena kini 17 Agustusan, Jaya memasang spanduk di depan rumah bertulisan "INDONESIA TETAP JAYA". Hati Mukidi panas dan memasang spanduk juga dangan tulisan "INDONESIA TETAP MUKIDI"
Garing kan sebenernya?
Tapi baiklah:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H