Mohon tunggu...
Laura Irawati
Laura Irawati Mohon Tunggu... Direktur Piwku Kota Cilegon (www.piwku.com), CEO Jagur Communication (www.jagurtravel.com, www.jagurweb.com) -

Mother, with 4 kids. Just living is not enough... one must have sunshine, most persistent and urgent question is, 'What are you doing for others?' ;)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Membangkitkan Hantu Si Jilbab Hitam

12 Juli 2016   01:00 Diperbarui: 12 Juli 2016   01:13 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah seminggu lebih gak buka Kompasiana, karena terpenjara dalam agenda mudik nasional, hari ini saya dapat bernafas lega dan menenggelamkan diri kembali di blog warga ini.

Tadi siang, saya menemukan artikel menarik punya Pak Brigaldo Sinaga: “Tempo di Mata Saya.” Kereen banget. Sayang, baru malamnya saya bisa menulis tanggapan. Yah, mudah-mudahan dapat melengkapi atau sekedar catatan kaki.

Pak Brigaldo menulis, “Tulisan Tempo mempengaruhi cara berpikir saya dan banyak masyarakat Indonesia terutama saat rezim represif Orba menguasai sistem kehidupan Indonesia. Saat itu Tempo menjadi media paling depan dalam melawan tirani.”

Kemudian, beliau juga mengungkapkan kekagumannya kepada Tempo yang mem-blowup musibah kapal Tampomas II pada 1981. Dimana liputan itu akhirnya mempengaruhi kebijakan publik terkait moda transportasi laut. Selanjutnya, bagaimana Tempo tetap “berdiri teguh membuka kebenaran tetap menyala dalam ruang ruang gelap kekuasaan” meski sempat dibredel rezim Orba gara-gara laporan pembelian alutsista ex Jerman yang menurut versi majalah ini sarat dengan korupsi.

Terakhir, yang merupakan inti artikelnya, yaitu tentang laporan utama investigasi Tempo: Duit Reklamasi Untuk Teman Ahok. Laporan utama yang menurutnya telah menelanjangi siapa sesungguhnya Teman Ahok.

Menurut Pak Brigaldo, taruhan Tempo terkait laporan investigasi itu adalah sejarah panjang kredibilitasnya. Tak main-main. Oleh karena itu, di akhir artikelnya, ia berani menjamin bahwa laporan utama Tempo ini tidak dapat diragukan kebenarannya. Isinya telah memenuhi kaidah jurnalistik dengan memberi kesempatan kepada nama nama yg disebut Andreas (Andreas Bertoni, narsum Tempo) untuk bicara.

Entahlah, membaca artikel Pak Brigaldo, saya kok jadi keingetan dengan tulisan si Jilbab Hitam yang pernah diposting di Kompasiana ini pada 11 November 2013. Sayang tulisan akun misterius yang mengaku dirinya mantan wartawati Tempo itu dihapus admin, walau sempat di-copypaste dan di-share oleh banyak media lain. Alasan Pepih Nugraha pengelolanya, tulisan dicabut karena dianggap memojokkan seseorang atau instansi, dan mengandung unsur provokatif.

Saya tidak sedang membenarkan tulisan si hantu Jilbab Hitam yang diberi judul "Tempo Dan Kata Data Memeras Bank Mandiri Dalam Kasus SKK Migas." Apalagi belakangan diketahui bahwa si pemilik akun pseudo ini konon katanya bukan mantan wartawati Tempo seperti yang diakuinya. Juga nama-nama yang disebutkan dalam tulisan sudah membantahnya. Semoga saja, tulisan saya ini berguna, minimal menjawab keresahan di benak saya.  

Seperti ketika Jilbab Hitam diantaranya menulis: Saya melihat sendiri bagaimana para wartawan TEMPO memborong saham-saham grup Bakrie setelah TEMPO mati-matian menghajar grup Bakrie di tahun 2008 yang membuat saham Bakrie terpuruk jatuh ke titik terendah. Ketika itu, tak sedikit para petinggi TEMPO yang melihat peluang itu dan memborong saham Bakrie.”  

Saya sepakat bahwa tulisan ini cukup memojokan dan provokatif. Walau, publik juga akhirnya tersadar tentang adanya sebuah praktik ‘permainan uang bernilai besar’ oleh media yang seharusnya -pinjam istilah Pak Brigaldo- “berdiri teguh membuka kebenaran tetap menyala dalam ruang ruang gelap kekuasaan.”

Tulisan Jilbab Hitam itu sebenarnya menceritakan kasus pemerasan terhadap Bank Mandiri dalam kasus SKK Migas yang konon katanya dilakukan oleh oknum media Tempo. Kasus suap SKK Migas yang melibatkan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini terkuak sewaktu Rudi yang juga menjabat sebagai Komisaris Bank Mandiri.

Menurut Jilbab Hitam, modusnya adalah, KataData memasukan proposal ke Bank Mandiri, menawarkan jasa solusi komunikasi kepada bank tersebut untuk berjaga-jaga apabila isu SKK Migas mengaitkan Bank Mandiri sebagai fasilitator aksi suap.

Rekomendasi dari proposal itu menawarkan agar aksi suap SKK Migas dipersonalisasi menjadi hanya kejahatan Individu, bukan kejahatan kelembagaan menyangkut lembaga SKK Migas maupun Bank Mandiri. MD, pimpinan KataData yang juga eks wartawan Tempo, mengatakan bahwa tim KataData sudah bergerak di social media untuk mendiskreditkan Rudi Rubiandini dengan isu perselingkuhan, sehingga nantinya akan mempermudah proses mempersonalisasi kasus suap SKK Migas menjadi kejahatan individu semata.

BHM (Pimpinan Tempo), menurut Jilbab Hitam, sampai menelpon langsung ke Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin, terkait proposal KataData yang belum direspon. Secara tersirat, menurut si penulis semacam ancaman halus dari BHM dan KataData, bahwa jika tidak segera direspon maka data-data akan dipublikasi.

Rupanya Direktur Utama Bank Mandiri bersikeras tidak takut terhadap grup Tempo. Penolakan memberikan respon terhadap proposal KataData pun disampaikan kepada BHM . Maka, terbitlah Majalah Tempo edisi 18 Agustus 2013 dengan judul: “Setelah Rudi, Siapa Terciprat?” yang isinya begitu mendiskreditkan Bank Mandiri dalam kasus SKK Migas. Demikian tulis akun Jilbab Hitam.

Bambang Harymurti, Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk, hanya memastikan bahwa penulis akun Jilbab Hitam tak pernah bekerja di Tempo. Budaya wartawan Tempo menurutnya pantang menulis dengan menyembunyikan identitasnya. Sumber 

Mengenai hal ia menelepon Dirut Bank Mandiri menanyakan soal proposal Katadata seperti yang ditulis Jilbab Hitam, dimana proposal itu disebut berada di tangan direksi selama dua minggu. Menurutnya, ada kejanggalan disini, proposal KataData dikatakan ada di direksi Bank Mandiri selama dua minggu, padahal Rudi ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi pada 13 Agustus 2013 dan majalahTempo dengan sampul Rudi terbit pada 19 Agustus (bukan 18 Agustus seperti disebut Jilbab Hitam).

Jawaban ini mungkin bagi sebagian orang membingungkan, karena tidak menjelaskan substansi tuduhan si Jilbab Hitam. Apalagi tak ada upaya hukum dari Tempo guna menyelesaikan kasus ini.

Jilbab Hitam pun hingga kini tetap bergentayangan, sebagai hantu penasaran. Hanya saja, kali ini yang penasaran bukan si hantunya, melainkan publik luas yang bertanya-tanya, siapa gerangan orang yang bersembunyi di balik akun pseudo ini? Apakah dia membuka borok arogansi media besar ini hanya untuk memuaskan nafsu balas dendamnya semata?

Ataukah memang benar adanya ‘permainan uang ’ di belakang media yang selalu menggembar-gemborkan dirinya sebagai pilar demokrasi, independen dalam menyebarkan nilai kebebasan pers dan kesetaraan, namun tindak-tanduk personilnya telah melucuti citra palsu tersebut?

“Behind this mask there is more than just flesh. Beneath this mask there is an idea... and ideas are bulletproof.”  (Alan Moore, V for Vendetta)  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun