Mohon tunggu...
Laura Irawati
Laura Irawati Mohon Tunggu... Direktur Piwku Kota Cilegon (www.piwku.com), CEO Jagur Communication (www.jagurtravel.com, www.jagurweb.com) -

Mother, with 4 kids. Just living is not enough... one must have sunshine, most persistent and urgent question is, 'What are you doing for others?' ;)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pembebasan 10 Sandera ABK di Filipina, Jangan Ulangi Kegagalan di Somalia

3 April 2016   03:13 Diperbarui: 3 April 2016   03:42 5835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Operasi militer Pembebasan Sandera Pembajakan DC-9 Garuda Woyla oleh Kopassandha (foto: Angkasa/DN Yusuf}"][/caption]

Dua kapal Indonesia, yakni kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 telah dibajak kelompok yang mengaku Abu Sayyaf di Filipina. Kedua kapal itu membawa 7 ribu ton batubara dan 10 awak kapal berkewarganegaraan Indonesia.

Saat dibajak, kedua kapal dalam perjalanan dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan, menuju Batangas, Filipina Selatan. Kapal yang memulai pelayaran pada 15 Maret dan baru diketahui dibajak setelah pada 26 Maret pemilik kapal menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kelompok Abu Sayyaf bertanggungjawab atas pembajakan kapal dan penyanderaan 10 WNI itu.

Abu Sayyaf adalah kelompok separatis milisi Islam garis keras yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina, antara lain Jolo, Basilan dan Mindanao. Kelompok kriminal ini meminta tebusan 50 juta Peso Filipina atau sekitar Rp15 miliar jika ingin seluruh sandera dibebaskan, dengan tenggat waktu pembayaran 8 April.

Indonesia bertekad tidak akan tunduk terhadap permintaan uang tebusan dari penyandera 10 WNI yang diduga dilakukan kelompok Abu Sayyaf ini. Namun, Indonesia akan tetap menggunakan cara halus terkait pembebasan para anak buah kapal (ABK) itu. "Itu prinsip kita, kita akan upayakan pembebasan tanpa syarat," ujar Kepala Badan Intelijen Negara, Sutiyoso, di Jakarta, Sabtu (2/4/2016) seperti yang dilansir Antara.

Pemerintah sendiri mengaku telah menyiapkan seluruh opsi, baik bernegosiasi, membayar tebusan atau perlawanan militer, dalam menyelamatkan 10 WNI yang disandera itu. Kita sepakat apapun opsinya, selama itu demi prioritas keselamatan sandera. Namun kita juga berharap agar kedaulatan negara dan bangsa kita ditegakkan dengan penuh ketegasan, keberanian, keyakinan dan kewibawaan di mata dunia.

35 tahun silam tepatnya 28 Maret 1981, pesawat DC-9 Garuda Woyla kita pernah dibajak. Pesawat didaratkan di Bandara Don Muang, Thailand. Saat itu, Presiden Soeharto tegas tidak mau bernegosiasi dengan pembajak. Bagaimana mungkin sebuah negara yang berdaulat penuh bersedia bernegosiasi dengan para kriminal? mungkin itulah yang melandasi Soeharto mengirimkan Kopassandha (sekarang Kopassus) ke Don Muang.

Operasi penyelamatan yang hanya membutuhkan waktu 81 detik itu sukses besar membebaskan sandera dan menewaskan semua pembajaknya. Operasi inilah yang menempatkan Kopassus sebagai pasuken elite terkuat ketiga dunia setelah SAS (Inggris) dan Mossad (Israel).

Tanggal 16 Maret 2011, Kapal MV Sinar Kudus berbobot mati 8.900 ton milik PT Samudera Indonesia yang sedang membawa nikel curah seharga Rp 1,4 trilyun dari Pomalaa Sulawesi Tenggara ke Roterdam dibajak perompak Somalia di Teluk Aden. Pembajak yang menyandera 20 ABK warga negara Indonesia meminta tebusan senilai USD 3,5 juta.

Presiden SBY yang mendengar laporan segera menggelar rapat terbatas dan memberi persetujuan kepada Panglima TNI memberangkatkan pasukan. 2 frigat, yakni KRI-355 Abdul Halim Perdanakusuma dan KRI-353 Yos Sudarso yang tergabung dalam Satgas Duta Samudera I pun diberangkatkan.

Satgas yang berangkat dari Tanjung Priok tanggal 23 Maret dan tiba di perairan Somalia tanggal 5 April dianggap terlalu lambat. Seharusnya militer segera mengirim pasukan setelah ada kejadian tanpa harus menunggu rapat-rapat pimpinan sipil. Pelaksanaan operasi tentu harus menunggu keputusan presiden, tetapi pengerahan pasukan seharusnya dapat dilakukan secepatnya.

Perencanaan operasi dengan memberangkatkan kedua kapal perang tua itu juga menuai kritikan dari banyak pengamat militer. Karena kedua frigat Van Speijk peninggalan Belanda ini bukan merupakan kapal angkut pasukan dan senjata, sehingga muatan yang dibawa sangatlah terbatas.

Disamping kecepatannya yang hanya dibawah 20 knots (mungkin sekitar 15 - 16 knots), frigat Van Speijk hanya memiliki jangkauan operasional 4000 km, sehingga harus mampir terlebih dahulu di Colombo, Sri Lanka, kemudian harus berlabuh di Salalah, Oman. Akibatnya perlu 2 minggu untuk tiba di Teluk Aden.

Sedangkan pasukan elite yang dibawa dalam kapal terdiri Marinir (Kopaska dan Denjaka), serta Kopassus, dengan peralatan tempur 1 heli Bo-105, dan 3 RHIB (Rigid Hull Inflatable Boat) V-Shape SeaRider. RHIB yang memiliki kecepatan lebih 30 knots, direncanakan untuk mengejar MV Sinar Kudus yang kecepatannya hanya sekitar 12 knots.

Tiba di Somalia dan berlabuh di Salalah, Oman, satgas melakukan pengumpulan data intelijen. Diperoleh informasi bahwa kapal MV Sinar Kudus membuang sauh di pelabuhan perompak di pantai Somalia, bersama dengan 8 kapal bajakan lainnya. Setiap kapal dijaga sekitar 15-30 perompak. Terdapat sekitar 20 kelompok berbeda masing-masing sekitar 30 anggota geng. Total pembajak sekitar 600 orang milisi bersenjata Ak47 dan RPG. Bisa jadi karena informasi ini dan dengan pasukan sangat terbatas, TNI tidak berani melakukan operasi ke pantai, sehingga meminta pengiriman tambahan pasukan.

Dubes Somalia untuk Indonesia sendiri, Mahmud Olow Barow sebenarnya sudah menyampaikan bahwa Indonesia dipersilahkan menggunakan aksi militer. Akan tetapi karena negosiasi tidak dikendalikan TNI, Pasukan Komando TNI tidak bisa memutuskan tindakan strategis dalam operasi pembebasan sandera. Terdapat tim lain, yakni pemilik kapal yang melakukan negosiasi dengan pembajak. Hal ini tidak normal dalam sebuah operasi pembebasan sandera.

Tanggal 18 April kembali diadakan rapat terbatas di Bogor. Diputuskan mengirimkan pasukan tambahan. Dilakukan persiapan pasukan selama 3 hari. Tanggal 21 April, KRI-592 Banjarmasin berangkat dari Tanjung Priok dengan sekitar 300 pasukan dilengkapi BMP-3F, meriam howitzer, LCVP. Namun KRI yang hanya memiliki kecepatan 14-15 knots ini baru tiba di Somalia setelah tebusan dibayar pada tanggal 1 Mei 2011. Sehingga praktis Gugus Kedua ini tidak memiliki peran dalam operasi pembebasan MV Sinar Kudus.

Ada analisa yang menyebutkan bahwa karena tekanan publik yang dirasakan semakin besar sehingga Presiden SBY harus mengirim Gugus Kedua untuk mencitrakan bahwa Pemerintah telah cukup berbuat. Tekanan pada SBY memang cukup besar saat itu, SBY dinilai lamban dan tidak berbuat cukup. Hal ini karena negosiasi MV Sinar Kudus dilakukan langsung oleh PT Samudera Indonesia.

Operasi pembebasan sandera secara militer di Somalia itu dianggap gagal. Tidak adanya rencana reaksi cepat TNI yang memadai terlihat ketika TNI berada dibawah pengaruh kepemimpinan yang lamban, berorientasi pencitraan semata, dan tidak memiliki kapabilitas menangani hal seperti ini. Seharusnya TNI memiliki otoritas lebih dalam pengambilan keputusan terkait operasi militer.

Kita semua tentu berharap agar pembebasan ke-10 warga negara kita yang disandera kelompok kriminal yang menamakan diri Abu Sayyaf berjalan sukses, bahwa negara ada pada saat warganegaranya terancam keselamatannya. Tapi, sekali lagi disini saya ingin menekankan agar Indonesia tetap menunjukan diri kepada dunia bahwa kita adalah bangsa yang berdaulat penuh dan memiliki ketegasan, keberanian, keyakinan dan kewibawaan. Bagaimana mungkin sebuah negara yang berdaulat penuh bersedia bernegosiasi dengan para kriminal?

[caption caption="Kemampuan 1 orang KOPASSUS sama dengan 8 orang TNI. (Foto: kasamago.wordpress.com)"]

[/caption]

[caption caption="Kemampuan 1 Orang Kopaska setara dengan 24 orang TNI. (Foto: tempokini.com)"]

[/caption]

[caption caption="kemampuan 1 orang DENJAKA sama dengan 120 orang TNI. (Foto: M2.facebook.com)"]

[/caption]

[caption caption="Kemampuan senyum Mbak Laura mampu meruntuhkan dunia (Foto: dokpri)"]

[/caption]

Save NKRI...!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun