Mohon tunggu...
Laura Irawati
Laura Irawati Mohon Tunggu... Direktur Piwku Kota Cilegon (www.piwku.com), CEO Jagur Communication (www.jagurtravel.com, www.jagurweb.com) -

Mother, with 4 kids. Just living is not enough... one must have sunshine, most persistent and urgent question is, 'What are you doing for others?' ;)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Mbak Laura Goes to MITI] Ketika Ilmuwan Ikut Berpikir Agar Rakyat Bisa Makan

13 Februari 2016   23:24 Diperbarui: 24 Februari 2016   02:43 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Berpose bersama Peserta Networking Workshop 2 Grand Launching GIT, di Menara Top Food, Tangerang, Banten. (Dokpri)"][/caption]Rabu (10/02/2016) kemarin, saya diundang Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) guna mengikuti Networking Workshop 2 Grand Launching GIT, di Menara Top Food, Tangerang, Banten.

MITI adalah sebuah lembaga Non Government Organization (NGO) yang bergerak dalam bidang transfer ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Organisasi yang dideklarasikan 18 Januari 2004 oleh sekitar 150-an doktor dan master dari berbagai disiplin ilmu di Indonesia ini merupakan wadah bagi penerapan inovasi para ilmuwan agar dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Saya sendiri diundang dalam kapasitas saya sebagai direktur Pusat Inkubator Wirausaha dan Klinik UKM (PIWKU) dan selaku penggiat UMKM di kota saya, Cilegon.

Melalui platformnya, Galeri Inovasi Teknologi (GIT), MITI melakukan kegiatan intermediasi antara UMKM dan ilmuwan guna pengembangan usaha dan penerapan inovasi. Targetnya adalah agar dapat membantu permasalahan yang dihadapi UMKM, seperti dalam hal mempromosikan akses inovasi berbasis transfer teknologi melalui jejaring layanan online dan offline, serta kolaborasi yang disesuaikan dengan kebutuhan UMKM.

Dr Warsito P Taruno, ketua MITI dalam sambutannya menyampaikan pentingnya mendorong dan menjadikan riset, ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan teknologi, inovasi dan komersialisasi teknologi pada UMKM. 

[caption caption="Dr Warsito P Taruno M Eng, Ketua Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI). (Foto: miti.or.id)"]

[/caption]Akan tetapi, kendala ilmuwan dan teknolog di negara ini adalah kurang maksimalnya pemerintah dalam memberikan ruang gerak kepada para peneliti untuk mempromosikan hasil penelitiannya. Disamping produk ciptaan para peneliti kurang dihargai di sini, gaji peneliti di Indonesia kecil dan minim, hanya berkisar Rp 6 juta per bulan. Di luar negeri, tawaran gaji bisa mencapai Rp 50-70 juta sebulan.

Akhirnya, banyak ilmuwan handal yang merasa kebutuhan finansial dan hasrat menelitinya dapat lebih tercukupi di luar negeri, karenanya mereka hijrah dari Indonesia. Terlebih, peneliti Indonesia cenderung masih kurang serius menekuni profesi sebagai peneliti, sehingga hasil riset masih kurang efektif. Lebih parah lagi, munculnya riset abal-abal dari segelintir oknum.

Sebagai penggiat UMKM, saya menyambut gembira sekali kehadiran lembaga seperti MITI ini. Kita tahu, UMKM memiliki peranan sangat penting dalam peningkatan perekonomian negara ini. Hanya saja permasalahan di lapangan adalah masih belum terintegrasinya antara riset dengan kebutuhan industri. Oleh karenanya, UMKM di Indonesia harus segera beralih dari supply orientation menuju demand orientation melalui penelitian tematis.

PIWKU, sebagai lembaga mitra pemerintah yang saya pimpin ini sangat membutuhkan para peneliti seperti yang ada di MITI ini guna melakukan bimbingan dan seleksi bagi anggota masyarakat terpilih (tenant) untuk dibina menjadi wirausaha dalam program pengembangan, konsultasi dan pemasaran.

Dengan bermitra dengan MITI, diharapkan fungsi klinik UKM di dalam program PIWKU nantinya dapat membantu para pelaku UMKM yang selama ini mengalami kesulitan dalam pengembangan usahanya, baik yang menyangkut; penelitian dan alih teknologi, serta potensi SDM hingga marketingnya untuk dapat dihubungkan dengan program dan jaringan kewirausahaan baik di tingkat nasional maupun ke tingkat pasar global dunia.

[caption caption="Georg Villinger, pakar transfer teknologi, intermediasi, dan komersialisasi teknologi dari Steinbeis, Jerman, mengagumi produk UMKM binaan PIWKU Cilegin. (Foto: Dokpri) "]

[/caption]Sebelum mengakhiri artikel ini, penggalan puisi di bawah ini patut untuk kita renungkan bersama:

......

Aku bertanya :

Apakah gunanya pendidikan
Bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
Di tengah kenyataan persoalanya?

Apakah gunanya pendidikan
Bila hanya mendorong seseorang
Menjadi layang-layang di ibukota
Kikuk pulang ke daerahnya?

Apakah gunanya seseorang
Belajar filsafat, teknologi, ilmu kedokteran, atau apa saja.
Ketika ia pulang ke daerahnya,lalu berkata :
“disini aku merasa asing dan sepi”  (“Sajak Seonggok Jagung”; WS Rendra)

Doakan kami ya, Sahabat, dalam menapaki amanah ini.

Sukses juga untuk Sahabat Kompasiana. Aamiin.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun