Mohon tunggu...
Laura Irawati
Laura Irawati Mohon Tunggu... Direktur Piwku Kota Cilegon (www.piwku.com), CEO Jagur Communication (www.jagurtravel.com, www.jagurweb.com) -

Mother, with 4 kids. Just living is not enough... one must have sunshine, most persistent and urgent question is, 'What are you doing for others?' ;)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Socrates, Iman dan Kemenangan Rakyat

10 Desember 2015   20:58 Diperbarui: 10 Desember 2015   22:58 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="pict: austrianart blog"][/caption]

Suatu ketika, seorang murid bertanya tentang rahasia pilihan hidup kepada Socrates. Dengan senyumnya yang bersahaja Socrates malah memerintahkan muridnya itu agar pergi ke taman bunga. “Petikkan untukku sekuntum bunga yang terindah. Ingat, hanya satu saja yang terindah!”

Pergilah si murid ke taman bunga terindah di Athena. Di sana terhampar berbagai macam bunga yang bisa saja semaunya ia petik. Namun teringat akan pesan gurunya, “..Ingat, hanya satu saja yang terindah” maka ia putuskan untuk mencermati dengan sangat hati-hati setiap bunga yang dilewatinya.

Hari semakin terik, si murid telah mencapai setengah bagian dari taman tersebut. Sungguh ini sebuah pekerjaan yang melelahkan. Walaupun tak mengerti sepenuhnya akan perintah gurunya, si murid tetap berkeyakinan bahwa perintah gurunya itu bukanlah untuk seuatu yang sia-sia. Maka dia membulatkan tekadnya mencari bunga terindah, demi jawaban atas pertanyaannya.

Menjelang sore, dia telah menelusuri semua bagian taman tersebut. Di tangannya telah tergenggam tujuh tangkai bunga terindah mewakili warna pelangi. Semuanya harum. Namun ada beberapa yang berduri. Karenanya ia buang bunga yang berduri itu. Tersisalah tiga.

Dia berjalan keluar dari taman sambil meneliti ketiga bunga itu dari berbagai sisi. Mataharipun semakin surut sehingga tak cukup sinar untuk menilai detil ketiga bunga itu. Lalu ia putuskan menilai dari aroma wanginya. Sang muridpun membuang salah satu bunga yang wanginya ia anggap biasa-biasa saja dan mempertahankan dua bunga yang wanginya menurutnya menggairahkan. Ia ingin menjadikan hidupnya bergairah. Inilah alasan yang akan dikatakannya kepada Socrates, gurunya.

Mendekati gerbang keluar taman, dia berhenti. Sepertinya dia menangkap aroma yang lebih wangi dan lebih menggairahkan. Iapun menoleh ke belakang, dibuangnyalah dua tangkai bunga di tangannya, dan... Aha! Ia temukan ada satu bunga tumbuh di permukaan tanah. Inilah bunga terwangi dan terindah yang ku cari!

Malam menjelang, dia puas dengan apa yang dipilihnya. Segera berlari ke arah gerbang, khawatir gurunya menunggu terlalu lama. Oh, tapi tunggu dulu, apa yang terjadi kalau pagi menjelang? Tentu bunga terindah tak hanya dinilai dari harumnya tapi juga warnanya, sang murid kembali dalam kebingungan.

Merasa waktunya semakin habis, dia menyerah pada pilihannya. Dia menuju kediaman gurunya, “Maaf, wahai Guruku. Hanya ini bunga yang bisa kupetikkan untukmu.”

Socrates bertanya, “Apa kau berhasil memetik bunga terindah untukku?”

“Mungkin bunga ini tak cukup indah untukmu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun