Alkisah, hiduplah seorang kakek tua yang bernama kakek Ela Elang Jawa. Kakek Ela sudah hidup sangat lama sekali, dahulunya ia terkenal sebagai pemburu harta karun yang sangat handal dan seorang yang dermawan, siapa pun pasti akan ia tolong dengan ikhlas. Seluruh penghuni hutan di Gunung Halimun-Salak sangat mengenalnya dan sayang kepada kakek Ela, tetapi kini kakek Ela Elang Jawa sudah mulai menua dan kepakan sayapnya pun sudah mulai melemah tidak seperti sewaktu ia masih muda.Â
Setiap pagi di rumah kakek Ela selalu dipenuhi oleh anak-anak yang ingin mendengarkan kisah petualangannya saat ia memburu harta karun. Anak-anak yang mendengarkannya sangat takjub sekali bahkan mereka berimajinasi seolah-seolah mereka ikut juga di dalam misi perburuan harta karun itu, tiba-tiba Owi si Owa Jawa bertanya kepada Kakek Ela mengenai harta karun.Â
"Kakek Ela, apakah ada harta karun yang belum sempat kakek temukan?" Tanya Owi kepada Kakek Ela.Â
Sejenak kakek Ela mengerutkan keningnya yang sudah mengerut, dan pikirannya melayang-layang mencoba untuk mengingat-ngingat, kemudian ia pun menjawab pertanyaan Owi sambil tersenyum. "hmmm... sebenarnya ada yang mengganjal di hati kakek saat ini, karena ada satu harta karun yang belum sempat kakek temukan, harta karun itu luar biasa berharga karena itu peninggalan zaman dahulu kala yang sudah terpendam ratusan tahun. Kakek cemas jika harta karun itu jatuh ke tangan orang yang tidak baik." Jawab kakek Ela.Â
Sontak semua anak-anak yang sedang mendengarkan jawaban dari Kakek Ela pun mulai ribut, mereka sangat penasaran mengenai harta karun yang sudah terpendam ratusan tahun yang luar biasa berharga itu. Lalu Owi pun bertanya lagi, "Wow... harta karun apa itu kakek? dan apakah kita bisa menemukannya nanti?". Sebelum kakek Ela menjawab pertanyaa Owi, Suri Surili si burung bersuara merdu juga ikut bertanya, "kakek, aku ingin bisa menjadi pemburu harta karun seperti kakek dan aku ingin membantu menemukan harta karun itu bersama teman-teman, apakah boleh kakek?" Tanya Suri dengan mata yang berbinar-binar kepada kakek Ela.
Dengan diikuti suara riuh anak-anak lainnya, kakek Ela pun akhirnya menjawab semua pertanyaan dari Owi dan Suri. Baiklah anak-anak, kakek akan menceritakan kepada kalian harta karun yang berharga itu. Dahulu sewaktu kakek masih muda, kuat dan gagah kakek mempunyai sahabat saat berpetualang yang bernama Owel si Celepuk jawa kadang ia di panggil Owel burung hantu yang bijak.Â
Kita berdua sangat suka sekali bertualang berburu harta karun, saat itu kakek dan kakek Owel berencana akan berburu harta karun ke pedalaman Gunung Halimun untuk yang terakhir kalinya, kita mendapatkan informasi bahwa di dalam hutan Gunung Halimun-Salak terdapat harta karun yang sudah terpendam ratusan tahun berupa koin-koin emas, dan perhiasan emas yang sangat berharga, tetapi kita berdua tidak dapat melanjutkannya karena sahabat kakek yang sangat bijak ini sakit dan kedua sayapnya tak dapat dikepakkan hingga akhirnya ia pergi untuk selamanya. Sejak saat itu pun kakek tidak pernah lagi melanjutkan perburuan harta karun.Â
Kakek berharap kalian dapat melanjutkan misi ini dan setelah itu kalian letakkan di dalam kotak kayu besar itu, karena semua hasil harta karun yang telah kakek temukan bersama kakek Owel berada di dalam kotak kayu besar karena itu merupakan peninggalan yang perlu dijaga. Tetapi, kalian harus berhati-hati jangan sampai berita harta karun ini tersebar, "apakah kalian paham anak-anak?" kata kakek Ela kepada anak-anak yang sedang mendengarkan ceritanya. Lalu dengan serentak Owi, Suri, Aji si Ajag Anjing Hutan, dan Tani si Tando menjawab "siap kakek Ela".Â
Mereka pun mulai dilatih oleh kakek Ela untuk membaca peta dan rute-rute mana saja yang harus mereka lalui, mengajarkan mereka apabila ada hewan lain yang menipu mereka, dan cara melindungi diri dari serangan hewan buas. Kakek Ela pun mengingatkan mereka kekompakan dan saling tolong menolong dalam tim harus tetap terjaga tidak boleh saling menyakiti satu sama lainnya dan itu harus tetap dijaga sampai kalian nanti dipisahkan oleh kematian, "kalian paham anak-anak?!", karena dari semua itu harta yang juga paling berharga adalah persahabatan yang tulus tanpa ada mencari keuntungan diri sendiri, paham?!", tanya kakek ela kepada semua anak-anak yang sudah ia pilih untuk misi tersebut.Â
"kami paham kakek Ela, kekompakan dan saling tolong-menolong dalam tim harus tetap terjaga tidak boleh saling menyakiti satu sama lainnya dan persahabatan yang tulus tanpa ada mencari keuntungan diri sendiri.", jawab anak-anak dengan kompak.Â
Tibalah hari dimana kakek Ela menyampaikan sebuah amanat, "anak-anakku kakek percaya akan kekompakan, kesetiaan dan kejujuran kalian. Jadilah orang yang selalu jujur, setia, dan suka menolong dengan ikhlas. Ketika kalian sudah menemukan harta karun yang luar biasa berharga itu, simpanlah ditempat yang sudah kakek sampaikan, karena mungkin saat kalian kembali kakek sudah tidak ada lagi dan jangan bersedih."Â