Maka sejak April 2016, dilakukan penutupan pintu/ portal perlintasan kereta api di Stasiun KA Tebet. Selain karena memicu terjadinya kemacetan dan juga untuk mengurangi resiko kecelakaan antara kereta dengan moda transportasi lainnya yang melintas di jalur rel kereta api tersebut dan semua pergerakan yang biasanya melewati perlintasan sebidang tersebut dialihkan ke flyover Tebet.
Di Kawasan Stasiun Tebet sendiri mempunyai banyak moda transportasi publik, dimulai dari kereta commuter, bus feeder Transjakarta, bajaj, angkutan kota (angkot), dan transportasi berbasis online. Kawasan stasiun ini juga mempunyai banyak PKL yang bermunculan sejalan dengan ditutupnya perlintasan sebidang yang ada. Pada awalnya, kawasan ini tidak ubahnya dengan keadaan Stasiun Tanah Abang, namun sekarang kawasan stasiun ini sudah menjadi kawasan stasiun percontohan integrasi antar moda transportasi publik.
Kawasan stasiun ini kedepannya direncanakan akan mempunyai hall yang akan menjadi area keluar masuk penumpang dan akan langsung terhubung dengan halte bus feederTransJakarta (saat ini masih dihubungkan dengan jalur pejalan kaki). Karena pada kawasan ini eksistingnya para pejalan kaki akan menyeberangi rel kereta api untuk dapat mengakses Stasiun Tebet. Untuk berganti peron pun, para penumpang juga harus menyeberangi rel kereta api yang termasuk dalam area dalam stasiun. Sejak adanya pengadaan integrasi stasiun ini dengan TransJakarta, penumpang KRL yang turun di Stasiun Tebet juga meningkat.
Lalu bagaimana dengan transportasi publik lainnya yang berada di kawasan tersebut? Tentu saja sudah disusun rencana aksi untuk mengatur agar keadaan ini menjadi lebih baik lagi dan mendukung pergerakan para penumpang transportasi publik kawasan stasiun ini.
Ilustrasi diatas adalah gambaran akan seperti apa Stasiun Tebet diekmbangkan kedepannya demi menjadi kawasan yang terintegrasi satu sama lain trasnsportasi publiknya. Terus kalau selama ini integrasi transportasi masih tergolong rendah tingkat pengadaannya, siapa yang harus kita salahkan? Well, ya tidak ada yang disalahkan. Karena kita sama -- sama sedang belajar untuk menjadi kota metropolitan dengan sistem transportasi yang lebih baik dan menjadi negara yang lebih makmur. Semoga dengan tulisan ini, kita semakin gemar menggunakan transportasi publik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H