Mohon tunggu...
Laura Angelica
Laura Angelica Mohon Tunggu... Mahasiswa - Public Administration Student at Padjadjaran University

A life long learner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beralih ke Penggunaan Mesin, Budaya Antre Harus Tetap Dilestarikan

8 Februari 2023   12:54 Diperbarui: 8 Februari 2023   13:06 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan teknologi yang begitu pesat saat ini tidak hanya berpengaruh pada sektor industri, tetapi juga memiliki pengaruh dalam tatanan sosial budaya. Memang, tidak bisa dipungkiri kehadiran teknologi memberikan manfaat dan kemudahan bagi kehidupan sehari-hari. Namun, di satu sisi, kehadiran teknologi juga dapat mengikis nilai-nilai sosial yang menjadi jati diri bangsa Indonesia, salah satunya adalah budaya antre.

Budaya antre adalah perilaku dimana individu atau sekelompok orang sedang di suatu tempat untuk memperoleh sebuah pelayanan dan mengharuskan untuk berbaris memanjang. 

Dalam prakteknya, budaya antre tidak sebatas menjadi kebiasaan, tetapi mengandung nilai-nilai sosial yang dapat membentuk karakter seseorang. 

Pertama, budaya antre mengajarkan  untuk disiplin dalam waktu, apabila ingin di barisan pertama maka seseorang harus datang lebih awal. 

Kedua, mengajarkan seseorang untuk menghargai dan menghormati  hak orang lain dengan tidak bertindak sebagai penyerobot barisan. 

Ketiga, budaya antre mengajarkan seseorang untuk beretika sopan santun. Keempat, budaya antre mengajarkan seseorang untuk bersosialisasi dengan melakukan percakapan dengan orang lain sembari menunggu antrean. Kelima, budaya antre juga melatih seseorang untuk mengendalikan kesabaran.

Namun, perkembangan teknologi yang semakin berkembang saat ini sudah mulai beralih kepada penggunaan mesin. Di beberapa sektor layanan penggunaan mesin antrean sudah diadopsi, sistem kerjanya pun dapat dilakukan hanya melalui smartphone, seperti penggunaan aplikasi. 

Dari tempat masing-masing, masyarakat memakai aplikasi untuk memilih layanan, detail waktu, dan mendapatkan nomor antrean secara virtual sehingga pada saat hari-H mereka tidak perlu mengantre. 

Adanya transformasi ke mesin membuat semuanya serba praktis dan secara tidak langsung fenomena ini mulai menghilangkan budaya antre, walaupun belum semua layanan mengadopsi sistem mesin antrean.

Segala perkembangan dan perubahan teknologi memang tidak bisa dihindari, kehadirannya pun memberikan manfaat dan pengaruh positif di satu sisi. Tatkala, budaya antre juga harus tetap dilestarikan, jangan sampai masyarakat hanya terpaut kepada hal-hal yang serba praktis karena terdapat nilai-nilai sosial yang dapat membentuk karakter diri seorang ketika berada di sebuah antrean.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun