Mohon tunggu...
Laura GitaAyulina
Laura GitaAyulina Mohon Tunggu... Lainnya - Murid SMA

Siswi SMA yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Cantik? Yakin Kamu Sudah Cantik?

16 November 2024   21:19 Diperbarui: 16 November 2024   21:33 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.hurriyet.com.tr/

Victoria's Secret, untuk pertama kalinya, menggelar penampilan bertema "Reflect Who We Are Today" di mana pertunjukan fashion tersebut merupakan upaya untuk menjadi inklusif terhadap diversitas bentuk badan dan gender. (Ishmael, 2024) Tetapi, girls, ternyata gerakan body positivity ini juga bisa toxic lho! 

Gerakan body positivity pertama kali berangkat dari suatu keprihatinan atas perilaku yang diskriminatif dan tidak adil yang diperlakukan pada orang-orang berbadan besar pada tahun 1970an. Kejadian tersebut melahirkan gerakan "Fat Acceptance" di mana mereka menuntut hak dan keadilan yang sama seperti orang yang nggak berbadan besar. Setelah adanya gerakan "Fat Acceptance" atau penerimaan akan orang berbadan plus size, timbullah gerakan body positvity. 

Sebenarnya, tujuan awalnya baik kan, girls? Orientasinya adalah supaya orang-orang tidak bertindak diskriminatif terhadap mereka yang plus size. Kemudian berkembang menjadi gerakan yang lebih baik lagi, di mana komunitas body positivity sangat mendukung penerimaan diri sendiri terlepas dari apakah kita cocok dengan tren standar kecantikan saat ini atau tidak. (Swami, 2022)                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          
Namun, lama-kelamaan hal tersebut malah menjadi hal yang sangat keliru dan malah mempromosikan gaya hidup tidak sehat seperti obesitas. Seringkali, kampanye atau hal yang dipromosikan menuju pada normalisasi dan kelumrahan obesitas. 

Jadi, orang-orang yang menderita obesitas bukannya dibantu dan dirangkul untuk semangat menjadi sehat kembali, tetapi malah didukung untuk tetap merasa "nyaman" dan tidak apa-apa dengan kondisi tubuh mereka sekarang. Kalau kayak gini, jadinya ekstrim kanan dan kiri banget kan, girls?

Jadi, sebenarnya cantik itu apa sih? Girls, ayo kita belajar untuk berpikir lebih positif lagi! Cantik itu nggak dilihat dari seberapa ideal badan kalian menurut tren terbaru atau apa yang ditampilkan di televisi dan media massa. Cantik itu bukan lagi tentang kategori apa yang paling sesuai sama diri kalian yang sekarang. 

Cantik itu ya, harus sehat! Kita belajar merawat diri dengan menggunakan skincare, memakai riasan yang menyoroti kecantikan alami, berolahraga, makan makanan yang bergizi, mensyukuri diri kita yang masih bisa bergerak dan berfungsi; itulah definisi cantik sesungguhnya. 

Cantik itu dinilai dari seberapa gembira hati kita sehingga kita bisa belajar untuk merawat diri kita secara rohani dan jasmani. Pastinya penting dong untuk menjaga penampilan, tapi kita juga harus ingat lagi, girls, kalau panutan cantik sesungguhnya adalah versi terbaik diri kalian masing-masing.
 
  Selalu inget ya girls! To be pretty is to be healthy and happy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun