***
Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa hubungan antara depresi dan penyakit kardiovaskular (CVD) tidak dapat diabaikan. Depresi, yang sering dianggap sebagai kondisi psikologis terpisah, ternyata memiliki dampak signifikan pada peningkatan risiko kejadian kardiovaskular, termasuk infark miokard dan gagal jantung. Dengan prevalensi depresi yang tinggi di antara pasien CVD, artikel ini menyoroti pentingnya deteksi dini dan pengobatan depresi yang tepat. Meskipun terapi antidepresan seperti SSRIs dan terapi perilaku-kognitif menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam mengurangi gejala depresi, dampaknya terhadap kesehatan kardiovaskular masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Penting bagi klinisi untuk lebih proaktif dalam menggabungkan pendekatan psikologis dan medis dalam menangani pasien CVD yang juga mengalami depresi.
Implikasi dari penelitian ini sangat relevan bagi dunia medis, terutama bagi para ahli kardiologi dan psikiatri. Penanganan yang komprehensif terhadap depresi tidak hanya akan meningkatkan kualitas hidup pasien, tetapi juga dapat membantu mengurangi angka kejadian kardiovaskular yang mematikan. Dengan adanya bukti bahwa proses inflamasi dan aktivasi trombosit dipengaruhi oleh kondisi mental, pendekatan holistik yang mengintegrasikan kesehatan mental dan fisik sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut dapat membuka jalan bagi pengembangan strategi pengobatan baru yang lebih efektif, yang tidak hanya berfokus pada gejala fisik, tetapi juga pada kondisi psikologis yang menyertainya.
Referensi:
Malik, J., Khan, H. S., Younus, F., & Shoaib, M. (2021). From heartbreak to heart disease: A narrative review on depression as an adjunct to cardiovascular disease. Pulse, 8(3-4), 86-91. https://doi.org/10.1159/000516415Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H