Masa Depan Manajemen Kesehatan: Digitalisasi Rekam Medis dan Alur Pasien
Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai sektor, termasuk sektor kesehatan. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak rumah sakit adalah manajemen alur pasien yang masih dilakukan secara manual, sehingga mengakibatkan lambatnya pelayanan dan meningkatnya risiko kesalahan administratif. Sistem manajemen pasien yang efisien sangat penting, terutama dalam konteks jumlah pasien yang terus meningkat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2022), terdapat peningkatan jumlah rumah sakit sebesar 14% antara tahun 2017 hingga 2021, dengan 2.522 rumah sakit yang beroperasi hingga tahun 2021. Namun, peningkatan fasilitas kesehatan ini belum diikuti oleh modernisasi sistem manajemen yang memadai.
Artikel ilmiah yang ditulis oleh Hendry Naufal Marbella, Izzat Aulia Akbar, dan Bambang Setiawan (2024) membahas pengembangan sistem manajemen pasien berbasis web untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi rumah sakit, mulai dari antrian manual hingga akses yang sulit ke rekam medis. Sistem ini mencakup lima modul utama: antrian, reservasi, rekam medis, pengingat, dan tindakan medis. Menurut penulis, salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam penerapan sistem ini adalah minimnya integrasi sistem yang menyebabkan duplikasi data dan memperlambat proses pelayanan. Selain itu, sistem manajemen pasien yang ada cenderung kaku dan tidak dapat diakses dengan mudah oleh pasien, yang menyebabkan ketidakpuasan.
Adopsi teknologi berbasis web untuk manajemen pasien ini merupakan langkah maju yang penting dalam meningkatkan efisiensi operasional rumah sakit. Dengan sistem ini, rumah sakit tidak hanya dapat mengelola alur pasien dengan lebih baik, tetapi juga memberikan pengalaman yang lebih baik bagi pasien, terutama dalam hal akses terhadap layanan kesehatan. Penelitian ini berupaya untuk menanggapi kebutuhan akan sistem yang lebih efisien dan terintegrasi, sesuai dengan tuntutan era digital.
***
Pengembangan sistem manajemen pasien berbasis web seperti yang dibahas oleh Hendry Naufal Marbella dan rekan-rekannya (2024) menawarkan solusi yang inovatif untuk masalah layanan rumah sakit yang lambat dan tidak efisien. Lima modul utama yang dikembangkan---antrian, reservasi, rekam medis, pengingat, dan tindakan medis---menyasar berbagai aspek yang menjadi kelemahan dalam sistem manajemen pasien tradisional. Modul antrian, misalnya, memungkinkan pasien untuk mendapatkan nomor antrian secara otomatis melalui sistem, mengurangi risiko kesalahan manusia yang sering terjadi pada antrian manual. Hal ini sangat penting, mengingat laporan dari Yaduvanshi (2019) menunjukkan bahwa manajemen antrian yang buruk dapat meningkatkan waktu tunggu pasien hingga 30%, yang berpotensi menyebabkan ketidakpuasan pasien.
Modul reservasi juga menjadi salah satu terobosan penting. Sebelumnya, pasien harus datang langsung ke rumah sakit untuk membuat janji dengan dokter, atau menunggu konfirmasi dari staf rumah sakit. Dengan sistem berbasis web, pasien dapat dengan mudah memesan jadwal pertemuan melalui perangkat pribadi mereka, yang dapat meminimalisir waktu tunggu di lokasi layanan. Data dari penelitian Rahman et al. (2020) menunjukkan bahwa penggunaan sistem reservasi online dapat mengurangi waktu tunggu pasien hingga 25%, memberikan dampak signifikan pada efisiensi operasional rumah sakit.
Sementara itu, modul rekam medis yang dikembangkan dalam penelitian ini memungkinkan akses yang lebih mudah bagi pasien dan tenaga medis terhadap catatan kesehatan. Sebelumnya, rekam medis sering kali hanya dapat diakses di lokasi fisik rumah sakit, memperlambat proses pengobatan dan konsultasi lanjutan. Menurut data Kementerian Kesehatan (2022), lebih dari 50% rumah sakit di Indonesia masih menggunakan sistem rekam medis manual atau semi-manual, yang meningkatkan risiko duplikasi data dan memperlambat layanan. Dengan adanya sistem berbasis web, pasien dapat melihat riwayat kesehatan mereka kapan saja, dan dokter dapat dengan cepat merespons kondisi pasien, mengurangi potensi kesalahan diagnosis.
Namun, tantangan dalam pengembangan sistem ini tidak dapat diabaikan. Salah satu kendala utama yang dihadapi adalah biaya yang terkait dengan penggunaan API WhatsApp untuk pengiriman pengingat otomatis kepada pasien. API resmi yang digunakan untuk mengirim pesan pengingat ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, yang bisa menjadi hambatan bagi rumah sakit dengan anggaran terbatas. Sebagai solusi jangka panjang, peneliti menyarankan untuk mencari alternatif yang lebih ekonomis, seperti penggunaan SMS atau email yang lebih terjangkau. Peneliti juga menyarankan peningkatan responsivitas desain web, terutama untuk memastikan bahwa sistem dapat diakses dengan nyaman di berbagai perangkat, termasuk smartphone yang banyak digunakan oleh pasien.
Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi besar dalam menciptakan sistem manajemen pasien yang terintegrasi dan mudah diakses. Sistem ini tidak hanya meningkatkan efisiensi layanan rumah sakit, tetapi juga memberikan pengalaman yang lebih baik bagi pasien dalam mengakses layanan kesehatan. Data yang lebih akurat dan alur kerja yang lebih efisien dapat mengurangi kesalahan manusia dan meningkatkan keselamatan pasien, menjadikannya solusi yang relevan di era digital ini.
***