Teknologi GRC: Kunci Meminimalkan Risiko dan Menghindari Denda Besar di Era Regulasi KetatÂ
Dalam era digital yang semakin kompleks, tata kelola, risiko, dan kepatuhan (Governance, Risk, and Compliance - GRC) menjadi komponen vital bagi organisasi yang ingin menjaga stabilitas operasional serta mengikuti regulasi yang terus berkembang. Artikel ilmiah karya Shazia Sadiq, Michael zur Muehlen, dan Marta Indulska (2011) yang berjudul Governance, Risk, and Compliance: Applications in Information Systems menggaris bawahi pentingnya integrasi GRC dalam sistem informasi modern. Mereka menyoroti bahwa manajemen risiko dan kepatuhan bukan lagi sekadar tanggung jawab tim hukum atau audit internal, melainkan bagian integral dari pengelolaan data dan informasi di setiap sektor industri.
Teknologi informasi (TI) memainkan peran penting dalam memastikan bahwa proses bisnis tidak hanya berjalan efisien tetapi juga mematuhi regulasi yang berlaku. Dalam artikel ini, para peneliti mengusulkan berbagai pendekatan teknologi untuk mengotomatisasi kepatuhan dan mengelola risiko yang terkait dengan TI, seperti model RiskM yang memungkinkan visualisasi risiko IT dan sistem kepatuhan otomatis yang berbasis pemodelan semantik. Menariknya, hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa adopsi solusi berbasis teknologi ini dapat mengurangi kesalahan kepatuhan hingga 30% serta mempercepat proses audit dan kontrol secara signifikan (Sadiq et al., 2011).
Laporan dari Gartner (2023) juga mendukung pandangan ini, dengan mencatat bahwa sekitar 70% organisasi global yang telah mengadopsi solusi GRC berbasis teknologi mengalami peningkatan efisiensi operasional dan kepatuhan regulasi. Di tengah pertumbuhan regulasi yang semakin kompleks, seperti GDPR di Eropa dan aturan privasi data di seluruh dunia, artikel ini menjadi acuan penting untuk memahami bagaimana teknologi dapat membantu organisasi menavigasi lanskap risiko dan kepatuhan yang terus berubah.
***
Penelitian yang dilakukan oleh Shazia Sadiq, dkk (2011) menyoroti bagaimana solusi berbasis teknologi dapat memecahkan tantangan utama dalam tata kelola, risiko, dan kepatuhan (GRC) yang dihadapi organisasi modern. Salah satu inovasi yang diperkenalkan adalah model RiskM, sebuah metode pemodelan multi-perspektif yang memungkinkan visualisasi risiko secara komprehensif. Â Dalam dunia yang semakin didorong oleh teknologi informasi, kemampuan untuk memetakan dan memahami risiko IT menjadi krusial bagi keberlanjutan bisnis. Risiko keamanan siber, kegagalan sistem, dan ketidakpatuhan terhadap regulasi dapat menimbulkan konsekuensi yang mahal. Menurut laporan IBM (2022), rata-rata biaya pelanggaran data secara global mencapai USD 4,35 juta. Dengan adopsi RiskM, organisasi dapat lebih cepat mengidentifikasi dan mengurangi potensi risiko, sehingga mengurangi potensi kerugian.
Selain itu, artikel ini juga menekankan pentingnya otomatisasi dalam sistem kepatuhan. Dalam makalah yang dibahas, pemodelan semantik digunakan untuk memastikan bahwa proses bisnis mematuhi batasan-batasan regulasi yang ketat. Dengan sistem yang secara otomatis memeriksa kesesuaian model proses terhadap aturan, beban kerja manual dapat dikurangi secara drastis. Menurut penulis, solusi ini sangat berguna dalam industri yang diatur secara ketat, seperti sektor energi dan keuangan, di mana kesalahan kepatuhan dapat mengakibatkan denda besar. Menariknya, mereka menunjukkan bahwa dengan otomatisasi pemodelan semantik, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi audit dan kepatuhan hingga 40%, sementara mengurangi biaya operasional hingga 20%.
Lebih jauh lagi, artikel ini membahas tantangan yang dihadapi organisasi dalam menjaga kepatuhan terhadap lisensi perangkat lunak sumber terbuka. Dengan semakin meningkatnya penggunaan perangkat lunak open-source, terutama di sektor teknologi dan inovasi, menjaga kompatibilitas lisensi menjadi isu krusial. Dalam penelitian ini, mereka memperkenalkan penggunaan Open Digital Rights Language (ODRL) untuk memeriksa kesesuaian lisensi secara otomatis. Dengan pendekatan ini, perusahaan dapat menghindari masalah hukum yang mungkin timbul dari penggunaan lisensi yang tidak sesuai. Laporan dari Synopsys (2021) menunjukkan bahwa 84% kode perangkat lunak di seluruh dunia mengandung komponen open-source, sehingga solusi yang diusulkan oleh artikel ini menjadi sangat relevan untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Pendekatan yang dipaparkan dalam artikel ini tidak hanya fokus pada efisiensi operasional, tetapi juga pada kemampuan untuk beradaptasi dengan regulasi yang selalu berubah. Dalam era regulasi data global seperti General Data Protection Regulation (GDPR) di Eropa dan California Consumer Privacy Act (CCPA) di Amerika Serikat, otomatisasi kepatuhan menjadi lebih penting dari sebelumnya. Dengan teknologi yang memungkinkan proses kepatuhan berjalan secara otomatis, organisasi tidak hanya dapat memastikan mereka mematuhi aturan, tetapi juga dapat bereaksi lebih cepat terhadap perubahan regulasi tanpa harus mengubah seluruh infrastruktur manajemen mereka.
***
Penelitian yang dilakukan oleh Shazia Sadiq, dkk memberikan kontribusi signifikan dalam pemahaman tentang bagaimana teknologi dapat diterapkan untuk meningkatkan tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan (GRC) di berbagai industri. Dengan mengembangkan solusi seperti RiskM untuk manajemen risiko dan otomatisasi pemodelan semantik untuk kepatuhan, artikel ini menyoroti bagaimana inovasi teknologi dapat mempercepat proses audit, mengurangi biaya operasional, dan menghindari potensi pelanggaran yang mahal. Solusi tersebut tidak hanya memberikan manfaat finansial tetapi juga meningkatkan ketahanan organisasi terhadap risiko yang terus berkembang.
Implikasi dari penelitian ini sangat jelas: di era digital yang penuh dengan risiko dan regulasi kompleks, adopsi solusi GRC berbasis teknologi akan menjadi keunggulan kompetitif. Otomatisasi dalam kepatuhan dan manajemen risiko tidak hanya meminimalkan kesalahan manusia, tetapi juga memungkinkan organisasi untuk beroperasi dengan lebih efisien dan responsif terhadap perubahan regulasi global. Penelitian ini membuka jalan bagi integrasi teknologi lebih lanjut dalam strategi GRC, memastikan bahwa organisasi siap menghadapi tantangan masa depan dalam lingkungan bisnis yang semakin digital dan teregulasi.
Referensi:
Sadiq, S., zur Muehlen, M., & Indulska, M. (2011). Governance, risk and compliance: Applications in information systems. Information Systems Frontiers, 14(1), 123-124. https://doi.org/10.1007/s10796-011-9320-2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H