Mohon tunggu...
Humaniora

Permainan dan Kreativitas Anak

9 Maret 2017   23:22 Diperbarui: 29 November 2017   21:45 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia anak balita adalah dunia bermain. Oleh karena itu, setiap orang tua maupun guru ketika mendidik anaknya atau anak didiknya awalnya diajarkan melalui sebuah permainan terlebih dahulu. Sebab permainan penting bagi anak ketika anak mau memasuki proses belajar, dalam mendidik pun semua masih melalui bermain, baik itu melalui sarana maupun prasarana.

Usia 5 tahun pertama yang disebut sebagai golden age (usia emas), akan sangat menentukan bagi seorang anak. Anak juga dididik orang tua diperlukan juga stimulasi-stimulasi yang mampu mengoptimalkan seluruh aspek agar seorang anak mampu menjadi pribadi yang matang, bertanggung jawab, dan mampu menghadapi segala masalah dan permasalahan dalam hidupnya. Salah satu cara mengoptimalkan kemampuan seorang anak adalah dengan mengajarinya sesuatu yang bermakna positif dan bermanfaat bagi anak untuk tumbuh kedepannya. 

Salah satu alat atau sarana untuk memberikan sebuah pemahaman yaitu dengan mainan atau permainan. Kemudian orang tua juga harus mengetahui manfaat mainan/permainan anak yaitu mengembangkan kreativitas anak dan kemampuan bahasa anak serta membantu proses sosialisasi anak terhadap benda-benda yang diketahuinya agar anak bisa mengerti pemahaman yang telah diperolehnya kemudian dikembangkan ke dalam suatu lingkungannya (anak-anak). 

Agar kreativitas anak tumbuh dan berkembang luas orang tua maupun guru harus menciptakan pola bermain maupun permainan dalam satu kesatuan dengan keluarga. Yaitu mengajak anak-anak lain bermain bersama dan yang melibatkan proses kreatif anak yang bertumbuhnya dalam diri yang telah diciptakan anak. Anak juga harus diajarkan melalui sebuah kreativitas seperti membuat kue, berkebun, dan sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun