Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Pengembangan Sosio Emosional Masa Anak-anak (AUD)

10 Februari 2017   21:44 Diperbarui: 18 November 2017   13:29 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang anak pasti mempunyai sifat sosio emosional yang bermacam-macam, seperti halnya masa kanak-kanak awal yang pasti sifat yang dimilikinya sangat sensitif. Tidak hanya itu anak merupakan dambaan setiap orangtua yang akan menjadi pengganti di masa depan. Setiap keluarga mempunyai pola asuh yang berbeda-beda dalam mengasuh anaknya. 

Gaya pengasuhan orangtua sangat berpengaruh terhadap pembentukan sosio emosional anak. Anak harus diajarkan untuk bisa tampil lebih berani dalam menghadapi situasi apapun, anak juga harus bisa mengontrol daya emosinya. Ketika anak sedang mengalami masa ketidak stabilan pemikirannya, orangtua harus bisa bertindak kepada si anak agar si anak tidak mudah terpengaruh oleh daya emosi negatifnya, orangtua harus bisa merayu anak atau membujuk anak dengan cara hal yang positif atau memberikan barang-barang kesukaan yang anak inginkan agar anak tidak mudah terpengaruh oleh pemikiran negatifnya.

Artikel ini akan membahas sedikit tentang bagaimana perkembangan sosio emosional pada masa kanak-kanak terutama pada masa kanak-kanak awal melalui sifat dan daya pikir anak.

*Perkembangan Sosialisasi, proses dimana anak mengembangkan keterampilan (kemahirannya), belajar menjalin komunikasi dengan orang sekitarnya atau teman sebayanya, mengerti akan moral dan pembelajaran.

*Perkembangan emosi, yaitu dengan cara anak memahami, mengekspresikan dan belajar mengendalikan emosinya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Emosi anak harus dikenali oleh guru maupun orangtua agar mengetahui maksud dari tujuan si anak tersebut.

Ketika anak sudah memasuki usia yaitu usia masa tahap demi tahap anak akan mengerti apa yang sudah dilihatnya dari contoh yang diberikan olehnya. Seperti halnya anak usia 3 tahun bisa diajak berdialog sampai mencapai batas pemikirannya. Anak juga menunjukkan dan mengerti apa yang dirasakan pada oranglain dan juga memperhatikan serta memperlihatkan apa yang dirasakan oranglain. Sedangkan usia 5-6 tahun anak tidak hanya mengatakan perkataan benar atau salah, anak juga akan mengerjakan suatu hal kebenaran.

Anak juga perlu diperkenalkan dengan yang namanya teman. Pengalaman interaksi sosial sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikir anak. Anak diajarkan agar mempunyai emosi yang positif, emosi yang positif memberi pengaruh terhadap anak supaya anak dapat menyerap dengan suatu hal-hal yang positif seperti perlakuan dengan teman yaitu berteman dengan secara baik dan saling tolong menolong.

Anak mendapat suatu pembelajaran dari sebuah permainan dan juga penglihatan yang telah dilihatnya seperti melihat televisi. Permainan sangat penting bagi anak-anak karena permainan melatih keterampilan bahasa, keterampilan imajinatif (daya pikir anak). Pada saat anak sedang asyik bermain, anak melakukan satu langkah menuju berfikir abstrak artinya mereka sedang membebaskan pemikiran mereka dari suatu hal yang mereka rasakan yaitu tekanan atau ketidakpuasan dari si anak.

Anak juga penting untuk melihat televisi masalah yang paling mendasar bukanlah jumlah jam atau waktu yang dibatasi dan yang dilewatkan si anak untuk menonton televisi, melainkan program-program yang si anak tonton bagaimana peran orangtua dan guru supaya manfaat menonton itu bisa dijadikan sebuah pembelajaran bagi si anak. Janganlah anak dibiasakan ketergantungan (dependence) dengan menonton televisi terus-menerus sehingga lupa akan bersosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya, ajarkan anak bersosialisasi terhadap sesama dengan cara mengajak anak keluar rumah, jalan-jalan sambil meperlihatkan dan memperkenalkan benda-benda disekitarnya dan juga ajaklah si anak untuk mengobrol dengan teman sebayanya. 

Kebiasaan seorang anak fasih dan bisa menirukan suara-suara yang telah diperlihatkan di televisi mengubah suatu hal daya pikir yang tangkap yang telah diperoleh dari si anak ketika ia melihat televisi. Dengan semua segala kepolosan, keluguannya, kelucuannya dengan tingkah lakunya si anak, keunikannya termasuk juga kemahirannya anak juga sering menirukan semua gerak dan tingkah laku dari tokoh idolanya di televisi.

Itulah penjelasan singkat mengenai sifat dan daya pikir anak sosio emosional.

Semoga Bermanfaat, dan Terima Kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun