Hatiku terasa hancur setelah mendapat telepon dari Lela, tidak rela rasanya istriku mendapat perlakuan semacam itu. Namun aku tetap membesarkan hatinya dan memberinya semangat, karena bagaimana pun itu sudah pilihannya sendiri, aku tak mampu mencegahnya.
Tiga bulan setelahnya Lela menelpon kalau sekarang sudah berganti majikan dan ikut dalam sebuah rumah tangga, namun kali ini pun Lela tidak bekerja tidak sesuai dengan deskripsi kerja yang ditanda-tanganinya. Karena di rumah yang luas terdiri dari 3 tingkat itu hanya dia sendiri yang bekerja. Anggota keluarganya pun banyak, selain suami istri dengan 2 anak, masih ada 2 manula. Walaupun begitu di tempat ini Lela merasa lebih nyaman karena majikannya tidak terlalu cerewet dan galak.
Seminggu sekali Lela bisa menelponku dan juga Putri, untuk sekedar melepas rindu lewat suara. Bila hari minggu tiba Lela bisa keluar berkumpul dengan teman –temannya sesama buruh migran. Banyak acara dan teman baru yang dicerita Lela kepadaku, aku agak merasa lega karena sepertinya Lela sudah bisa menyesuaikan diri dan banyak teman di sana.
Sebulan sekali Lela juga mengirim uang untuk keperluan Putri. Sampai setahun Lela masih setia telpon dan mengirim uang untuk Putri dan aku, sampai sebuah rumah bisa dibangun di samping rumah ibuku belum sampai rumah itu jadi kiriman uang dari Lela sudah macet. Kadang tiga bulan baru mengirim uang itupun jumlahnya tak seberapa. Kabarnya di sana Lela banyak kegiatan yang membutuhkan biaya.
Aku harus bekerja dan cari pinjaman sana-sini agar rumah bisa jadi, paling tidak bisa layak untuk ditinggali, jadi nanti kalau Lela pulang sudah tidak tinggal numpang bersama ibuku lagi.
Namun sayang beberapa bulan ini Lela sudah jarang, bahkan tidak pernah telpon lagi, terakhir kali Lela hanya mau bicara pada Putri saja, tidak mau bicara kepadaku.
Untuk itu aku berusaha mencari tahu apa yang terjadi dengan Lela. Dari foto yang dia kirim ke HP anaknya sepertinya dia bukan Lela yang dulu lagi, wajahnya cantik dan tomboy, ada tindik di hidungnya.
Menurut Narti tetangga yang berangkat ke Hongkong bersama Lela, menceritakan kalau di sana Lela akrab sekali dengan Tora, seorang TKW dari Indonesia juga, mereka akrab sekali kemana-mana berdua, kata Narti Lela pacaran dengan Tora yang juga wanita.
Deg… hatiku hancur tak terkira, kenapa Lela bisa terjerumus dengan pergaulan seperti itu. Bahkan hampir setiap malam Lela mengikuti pesta-pesta yang diadakan oleh teman-teman Tora. Pesta, seks dan minuman keras sudah akrab bagi Tora, dan hal itu sudah menular pula pada Lela.
Aku jadi tahu kenapa Lela tidak mau berbicara padaku lagi, dia memilih untuk telpon ke HP Putri langsung, Putri yang cerita padaku kalau Lela menjajikan untuk pulang di hari ulang tahunnya.
“Pah….apa mama jadi pulang? ulang tahunku kurang 3 hari.. kok mama tidak telpon” kata Putri yang walaupun umurnya baru 4 tahun sudah pinter menghitung hari. Dia sudah memberi tanda lingkaran merah besar di kalender saat ulang tahunnya tiba.