Mohon tunggu...
Latif fika
Latif fika Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Blogger di www.latifika.com dan Kompasiana | Content creator

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tahun 2021: Ketika Emas Tak Lagi Cuan (?) (2)

10 Desember 2021   16:16 Diperbarui: 10 Desember 2021   16:19 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Halo, Pembaca. Bagaimana kabar di penghujung tahun? Apakah sedang mempersiapkan liburan atau tidak merencanakan apa-apa? Apapun itu, semoga Allah mudahkan uruskan kita. Dan bagi yang tertimpa musibah sepanjang 2021 ini, saya ikut bersedih melihatnya, semoga Allah gantikan dengan sesuatu yang lebih baik.

Baiklah, sebelum Desember berakhir dan tahun berganti menjadi 2022, kali ini saya ingin menuliskan part 2 untuk tulisan saya sebelumnya "Tahun 2021: Ketika Emas Tak Lagi Cuan (?)".

Kebetulan tulisan itu disambut dengan beragam reaksi dari pembaca -terimakasih ya yang sudah membaca kemarin-, sehingga saya terus berpikir untuk membuat bagian keduanya. Karena...yaah, memang belum selesai. 

Di part 1 kemarin saya menekankan edukasi emas terutama pada kalangan pendatang baru (termasuk saya) bahwa: emas bukanlah instrumen investasi yang akan selalu mendatangkan laba, emas justru lebih cocok sebagai penjaga nilai kekayaan.

Di tulisan itu saya menyoroti  pendatang baru yang berbondong-bondong membeli emas karena mengira harganya akan terus meroket seperti yang terjadi pada tahun 2020 lalu. Nyatanya? Seperti yang kita lihat, 2021 emas turun dan stabil di kisaran Rp 920.000-940.000-an. Lalu, menjual kembali emas yang dibeli pada tahun lalu karena suatu dan lain hal. Sudah pasti merugi sekali. Itulah intisari tulisan saya di bagian 1, emas di tahun ini tidak cuan alias tidak untung, kalau memang membelinya baru tahun kemarin (2020).

Apakah Menyimpan Emas Sama Sekali Tidak Untung?

Hmm...bagaimana, bagaimana? Ada yang punya pendapat?

Tidak ada yang salah koq sebenarnya dengan emas. Mau naik atau turun emas akan selalu berharga, tinggal bagaimana cara kita mengaturnya agar tepat dan tidak merugi. Saya tidak akan bahas lagi bagaimana cara menabung emas agar tidak rugi karena sudah saya tulis semuanya di part 1. Monggo, Kak, jika ada yang mau baca ya

Tahun 2021: Ketika Emas Tak Lagi Cuan (?)

Aduh, saya ini sebenarnya agak sungkan juga menuliskan ini. Seakan-akan sudah senior, berpengalaman, dan punya emas 1 kg. Hahahaha. Padahal sebaliknya: saya junior, tidak berpengalaman dan ....tunggu emas 1 kg? Wah, jauh sekali itu.

Saya menuliskan ini hanya karena saya ingin berbagi apa yang sudah saya dapatkan. Semoga bisa membantu orang yang memang belum terlalu mendalami tentang emas.

Ada satu hal yang saya ingat, bahwa saya sudah termotivasi menabung (dalam bentuk) emas sejak 2015, walaupun realisasinya baru di tahun 2020 awal, sesaat sebelum trend emas 2020 (Nah, coba hitung, berapa lama saya bersemedi meminta wangsit? Hahaha). 

Ketika itu yang ada di pikiran saya bukan untuk mendapatkan untung atau mengamankan tabungan yang ala kadarnya, melainkan karena saya kepikiran hadist Rasulullah tentang keadaan akhir zaman.

“Akan datang kepada manusia, suatu masa yang mana tidak bermanfaat di masa itu kecuali Dinar dan Dirham.”  (HR. Ahmad)

Di luar pembahasan soal tingkatan hadist-nya, saya percaya bahwa dinar (emas) dan (perak) sangat berharga dan tidak terbatas waktu. Nilainya yang stabil membuat dia digelari "safe haven". Dijuluki safe haven karena jika dunia dalam keadaan huru-hara para investor selalu memburu emas untuk menjaga asetnya. Tapi, sebaliknya jika dunia dalam keadaan aman, investor akan lebih memilih saham atau bitcoin atau apa saja yang lebih menguntungkan menurut mereka tentu saja. Kapitalis, jadi "maklum" saja. 

Jadi, intinya

Jadi intinya tidak ada kerugian dalam menyimpan emas karena nilainya stabil sampai kapanpun. Hanya saja karena kita tinggal di dunia yang memakai uang kertas, jadi untuk memiliki tabungan emas harus tetap ada strateginya agar tidak buntung. Dan jangan lupa untuk mengeluarkan zakat jika sudah sampai nisab-nya ya. Agar harta jadi berkah dan tidak berbalik jadi fitnah. Sudah hitung emas di rumah? Apakah sudah wajib zakat atau belum? Hitung-hitungannya pernah saya tulis di artikel pribadi saya di sini.

"Saya pernah berada di antara kaum Quraisy. Kemudian Abu Dzar lewat dan berkata, ‘Sampaikanlah berita gembira pada orang-orang yang menyimpan hartanya (tidak mau membayar zakat) bahwa punggung mereka akan ditusuk hingga tembus lambungnya, dan tengkuk mereka ditusuk hingga tembus keningnya’" (HR. Bukhari)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun