Saya iri? Bukan. Saya bukannya iri. Hanya saya jadi kasihan dengan member lainnya saja yang baru masuk tapi sudah dijejali postingan seperti itu, berkali-kali setiap hari. Seakan punya emas itu akan untung dalam sekejap karena harganya yang naik terus.
Bahkan saya pernah membaca member yang menulis kurang lebih begini:
"Sejak masuk grup ini, aku kalo lihat dapur selalu gatel pengen jual apalagi ya buat beli emas. Ada gak yang sama?"Â
Well, begitulah. Dan saya baca di kolom komentar tidak sedikit yang sependapat.Â
Sejak melihat fakta di atas, saya jadi punya kekhawatiran akan banyak dari mereka yang membeli emas tanpa teredukasi dengan baik.Â
Ya, saya yang newbie ini memang mengakui jika sudah punya 1 keping emas itu rasanya entah kenapa ingin terus menambahnya. Sehingga saya pun "maklum" ketika sesama newbie itu ingin menambah koleksinya, lagi, lagi, dan lagi. Â Tapi, kemudian buru-buru saya ingat nasihat senior di grup itu sebelum trend emas kepingan melanda.Â
Ada sesuatu yang harus ditahan jika belum sesuai dengan "kaidah".
Kaidah pertama, sebelum memutuskan untuk membeli emas pastikan dulu bahwa kita memiliki dana darurat yang cukup, yang mana hitungannya 6-12x pengeluaran setiap bulan. Wabil khusus di masa pandemi ini, cash is still the king, begitu yang dikata banyak senior.
Selain memastikan sudah memiliki dana darurat, untuk memiliki simpanan emas harus dibelanjakan dari uang dingin yang tersimpan. Bukan uang dapur, bukan juga uang simpanan yang akan terpakai dalam 1 tahun ke depan. Uang dingin yang terendap dan tidak ingin "diputar".  Begitu petuah yang saya dapatkan juga dari mereka para senior.
Kaidah ketiga, ketika menabung emas maka pastikan tujuan menabung untuk apa. Misal, 15-20 tahun lagi untuk anak kuliah S1 S2 S3. Maka, ketika kita sudah memutuskan tujuannya, pantang bagi kita menjual sebelum tujuan di depan mata. Karena berasal dari uang dingin, maka kita tidak berpikir untuk menjualnya untuk menyambung hidup karena dana darurat (wajib cash) sudah disiapkan dengan baik.