Mohon tunggu...
Latifa Seniorita
Latifa Seniorita Mohon Tunggu... Ilmuwan - Chemical engineer, PhD Energy Science.

Hobi mengamati isu energi, teknologi, dan lingkungan. Menulis supaya bisa lebih banyak ngobrolin isu ini dengan banyak orang selayaknya ngegosip kampung sebelah.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Texas Blackout: Pukulan Telak Ketidaksiapan Perubahan Iklim

25 Februari 2021   16:19 Diperbarui: 25 Februari 2021   16:26 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem jaringan listrik Texas grid yang tidak terhubung dengan jaringan lain juga merupakan hambatan untuk ERCOT menjaga kehandalannya pada kondisi tak terduga seperti ini. Koneksi antar jaringan dengan area operasional besar seperti pada jaringan Timur dan Barat (Eastern and Western grids) di Amerika Serikat memiliki keuntungan dengan banyaknya pembangkit listrik yang terhubung. Sehingga jika ada sebagian unit pembangkitan di daerah tertentu yang gagal operasi, unit pembangkit di daerah lain dapat membantu menopang beban yang gagal disuplai.

Pencegahan perlu solusi sistemik

Keseluruhan kegagalan sistem suplai ini sebetulnya dapat dicegah jika desain sistem telah mengantisipasi perubahan iklim, mengingat bahwa cuaca dingin ekstrim kali ini bukan kejadian pertama dalam sepuluh tahun terakhir di Amerika Serikat. Contohnya dengan memberikan insulasi yang lebih baik pada sumur dan pemipaan gas alam, penanaman pipa gas bawah tanah, memberikan fitur de-icing pada turbin pembangkit tenaga bayu, dan sebagainya. 

Hanya saja, cuaca dingin ekstrim terjadi hanya 29 kali dari total 531 kejadian bencana alam di Texas dalam kurun waktu 1996-2014 sehingga belum dianggap sebagai resiko dan sistem yang ada tidak didesain untuk tahan pada kondisi tersebut. Bisa dibilang, ERCOT "kecolongan". Perubahan infrastruktur demi persiapan suhu dingin membutuhkan biaya besar dan waktu lama, sehingga dibutuhkan komitmen jangka panjang dari para pemangku kepentingan. 

Namun mengingat bahwa frekuensi kejadian cuaca ekstrim semakin sering seiring dengan perubahan iklim, persiapan seperti ini sebetulnya harus dilihat sebagai investasi jangka panjang demi pencegahan kerugian lebih besar yang akan ditimbulkan karena kegagalan sistem penyediaan energi yang sifatnya mendasar dan fatal.

Selain dari segi infrastruktur, permintaan energi listrik juga dapat ditekan dengan berbagai intervensi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi di skala rumah dan perkantoran. Alexis Abramson, yang sebelumnya adalah penasehat Breakthrough Energy Ventures milik Bill Gates, menyebutkan bahwa potensi konservasi energi yang sering terlewatkan sebetulnya berada pada bangunan. 

Namun, bangunan yang didesain lebih efisien dalam penggunaan energi pada umumnya lebih mahal padahal penerapan bangunan sedemikian rupa tidak diwajibkan oleh pemerintah. Sehingga tidak ada insentif tertentu yang mendukung perubahan ke arah bangunan yang lebih "cerdas" dan efisien. Padahal sektor perumahan dan kantor/komersil mengambil andil 39ri kebutuhan energi di Amerika Serikat.

Kejadian di Texas ini merupakan pelajaran bahwa kejadian bencana ekstrim akibat perubahan iklim bukanlah sesuatu yang sepele. Perubahan iklim semakin memperbesar perbedaan cuaca panas dan dingin di sepanjang tahun sekaligus meningkatkan frekuensi kejadian bencana alam. Sistem yang ada saat ini jelas tidak siap dengan perubahan iklim yang relatif cepat, sebagaimana di Indonesia yang selalu kewalahan menghadapi banjir yang sudah menjadi bencana tahunan dalam dua dekade terakhir. 

Pertanyaannya, apakah kita dan para pemangku kepentingan di negara ini sudah mulai mempersiapkan tantangan perubahan ini, atau cukup puas dengan keadaan sekarang, membanggakan kejayaan di masa lalu, dan merelakan masa depan anak cucu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun