Mohon tunggu...
Latifa Safira
Latifa Safira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah Sebagai Filsafah Kerajaan Islam Minangkabau

9 Juli 2023   09:00 Diperbarui: 9 Juli 2023   09:48 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Agama mampu mepengaruhi atau memperbaiki suatu keadaan budaya. Tetap mengutamakan yang haq dan kebenaran yang berlandaskan pada Al-qu’ran dan sunnah, menjalankan ibadah ataupun adat sesuai dengan tuntutan Al-qu’ran dan sunnahnya. Ketika suatu tradisi dan kebudayaan sudah melenceng dari ajaran agama islam, kita arus bijak dalam menyikapinya. Kalau hal itu merupakan perintah dan ajaran agama, maka alangkah baiknya diikuti. Namun jika bertentangan dan kita tak mampu merobahnya maka berdiam diri tanpa ikut campur atau berbaur dengan ketidak benarannya. Sebagai penganut agama yang haq dan hidup dilingkungan budaya dan adat istiadat yang kental, sikap tenggang rasa dan saling menghargai itu penting. 

Jika kita tidak ingin menjalankan suatu tradisi dan ritual yang kita anggap tidak sesuai dengan aturan agama maka tidak boleh ditentang. Karena harus menghargai dan menghormati pemahanku adat setempat. Perbarui niat jikalau ingin berbaur dengan kondisi yang menurut kita tidak sesuai dengan ajaran agama, maka menghargai ritual dan adat tersebut sebagai adat semata yang tujuannya hanya untuk mempersatukan masyarakat.

Berdasarkan sistem kerajaan tersebut dapat disimpulkan bahwa islam masuk ke kerajaan Pagaruyuang minang kabau pada abad ke-16 yang dibawa oleh sultan alif dan disebarkan oleh syekh buhanuddin. Islam diminang kabau kental dengan adat dan budayanya, yang memegang filsafah adat baasandi syarak, sayark basandi kitabullah. Walau sudah berpegang teguh pada syarak dan kitab alquran.

Masyarakat minang kabau tak bisa lepas dari kebiasaan nenek moyanga Yang sudah mereka dapatkan sebelum menerima ajaran islam. Maka ketika menemukan ritual dan tradisi yang tidak sesuai dengan agama islam. Berarti tradisi tersebut masih bercampur dengan agama nenek moyang terdahulu.

Sikap toleransi yang kuat harus ditumbuhkan ketika menemukan dan menghadapi hal tersebut. Karena semua itu merupakan keberagaman agama dalam suatu kelompok ataupun kerajaan. Mengikut jikalau merasa sesuai tuntutan syariat islam, dan tidak menghamiki ataupun menjelekkan suatu tradisi karena merasa berentangan dengan islam dan juga akidah. Karena hal tersebut dapat memecah belahkan masyarakat, sehingga terjadi pertikaian, hingga bahkan perang saudara yang membuat sistem dan kesatuan masyarakat menjadi hancur dan hilanglah suatu keunikan dalam budaya tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun