Mohon tunggu...
Latifa Hanum
Latifa Hanum Mohon Tunggu... Freelancer - just me

Ada suara yang suka bercerita, di dalam kepalaku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hutan Hitam

23 Juni 2019   06:00 Diperbarui: 23 Juni 2019   06:01 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu pada akhirnya kakimu gemetar tak tertahan. Rubuh. Bertumpu pada lutut kamu merayap ke depan. Tanpa cahaya. Tanpa sisa tenaga. Hanya tekad nekat yang menggerakkan ototmu. Maju. Maju. MAJU.

Tiba-tiba kamu melihat cahaya. Matamu mengedip perih. Putih. Setelah sekian lama terkurung kegelapan, cahaya mengeksposmu, menelanjangimu hingga ke tulang belulang. Lalu hijau.

Mulutmu ternganga.
Bagaimana mungkin di tengah Hutan Hitam ada cahaya serta kehangatan seperti ini? Tanganmu merayap ke atas rumput selembut beludru. Embun dingin mengobati luka di kulitmu. Langit yang biru menyejukkan matamu. Kamu tak ingat matahari pernah seramah dan selembut ini. Angin hangat memeluk tubuh merayap ke jantungmu yang kebas hingga dia berdetak begitu keras. Semua begitu berkilau hingga memaksa air matamu mengalir deras.

Setelah semua usahamu untuk mati. Kamu tertumbuk pada ujung jalan yang terlalu indah.

Di bawah beringin besar di tengah padang rumput, kamu menangis. Menangis dan menggigil tak terkendali hingga lelah membekapmu. Kamu jatuh tertidur memeluk lutut seperti bayi. Tak lagi peduli mungkin besok kamu hidup atau menemui mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun